INTISARI BUDDHISME & TRADISI BUDDHIS

INTISARI BUDDHISME & TRADISI BUDDHIS
- Apa intisari ajaran Sang Buddha?
- Apa itu Tiga Mustika? Apa maksudnya berlindung pada Tiga Mustika?
- Mengapa ada banyak tradisi Buddhis?
- Apa jenis-jenis tradisi Buddhis?
- Mengapa orang dalam beberapa tradisi Buddhis makan daging, sementara yang lain vegetarian?
- Mengapa beberapa bhikkhu dan bhikkhuni mengenakan jubah oranye sedangkan yang lain berpakaian merah tua, abu-abu, atau hitam?

SANG BUDDHA
- Siapa itu Sang Buddha? Jika beliau hanya seorang manusia, bagaimana beliau membantu kita?
- BUDDHA Historis
- SANG BUDDHA Sebagai Manifestasi
- BUDDHA Yang Akan Kita Capai Di Masa Mendatang

BERHALA & PERSEMBAHAN
- Apakah umat Buddha menyembahyangi berhala?
- Apa tujuan memberikan persembahan pada Sang Buddha?
- Apakah ada arti simbolis tiap-tiap persembahan?
- Seharusnyakah kita mempersembahkan makanan kita sebelum memakannya?

BERDOA & MENDEDIKASIKAN POTENSI POSITIF
- Mengapa berdoa?Apakah doa dapat dipenuhi?
- Apa peran melafalkan sutra dalam pengembangan spritual kita?
- Dapatkah "nilai kebajikan" ditransfer ke orang yang telah meninggal?
- Apa itu nilai kebajikan? Apakah tidak mementingkan diri sendiri melakukan perbuatan baik untuk mendapat nilai kebajikan, seperti uang spiritual saja?
- Mengapa potensi positif harus didedikasikan? Untuk siapa seharusnya didedikasikan?

KELAHIRAN KEMBALI vs PENCIPTAAN
- Apa itu kelahiran kembali?
- Bagaimana batin kita mulai? Siapa atau apa yang menciptakannya?
- Apa yang menghubungkan kehidupan seseorang dengan yang akan datang? Apakah ada roh, atma, aku, atau pribadi nyata yang pergi dari satu kehidupan ke yang lain?
- Bagaimana dunia tercipta?
- Mengapa kita tidak dapat mengingat kehidupan kita di masa lampau?
- Apakah penting mengetahui bagaimana kehidupan kita di masa lalu?

KARMA: FUNGSI DARI SEBAB & AKIBAT
- Apa itu karma? Bagaimana karma bekerja?
- Apakah karma atau hukum sebab akibat adalah sistem hukuman dan hadiah? Apakah Sang Buddha menciptakan atau menemukan hukum sebab akibat ini?
- Apakah hukum sebab akibat hanya berlaku bagi orang yang mempercayainya?
- Mengapa ada beberapa orang yang melakukan perbuatan negatif sukses dan terlihat bahagia?
- Mengapa beberapa orang yang tidak percaya fungsi sebab dan akibat memiliki kehidupan yang baik?
- Apakah kita mengalami hasil dari semua perbuatan kita?
- Bagaimana kita menyucikan jejak negatif?
- Jika orang menderita karena perbuatan negatif mereka sendiri, apakah hal ini berarti bahwa kita tidak dapat atau tidak seharusnya melakukan apapun untuk membantu mereka?

KETIDAKKEKALAN & PENDERITAAN
- Dalam Buddhisme, ada penekanan yang besar pada ketidakkekalan, kematian, dan penderitaan. Tidakkah itu pendekatan untuk kehidupan yang tidak sehat?
- Mengapa ada penderitaan? Bagaimana menghentikan penderitaan?
- Apakah kita harus menderita agar mencapai pembebasan (nirvana)?

KEMATIAN
- Bagaimana cara terbaik menolong orang yang sekarat atau mati?
- Apakah melafalkan sutra bagi yang meninggal menolong? Apa lagi yang dapat dilakukan untuk mereka?
- Apakah perlu meletakkan makanan bagi almarhum? Bagaimana dengan membakar kertas uang dan seterusnya bagi mereka?

KEMELEKATAN, KETIDAKMELEKATAN & KEINGINAN
- Apa beda antara memiliki kemelekatan dengan orang dan mencintai orang itu?
- Bila kita tidak melekat, mungkinkah bersama teman dan keluarga kita?
- Apakah semua keinginan adalah buruk? Bagaimana dengan keinginan mencapai nirvana atau pencerahan?
- Dapatkah seseorang melekat pada Buddhisme? Apa yang seharusnya kita lakukan bila seseorang menyerang kepercayaan kita dan mengkritik Dharma?

WANITA & DHARMA
- Dapatkah pembebasan dan pencerahan dicapai oleh laki-laki dan wanita?
- Mengapa lebih sedikit wanita menjadi praktisi yang ditahbiskan dan mengapa wanita lebih sedikit dihormati daripada laki-laki?
- Dapatkah wanita melakukan persembahan dan doa selama menstruasi? Dapatkah ia meditasi saat itu?
- Apakah lebih sulit bagi wanita mempraktikkan Dharma daripada laki-laki?

BHIKKHU, BHIKKHUNI & UMAT AWAM
- Apa manfaat mengambil penahbisan sebagai seorang bhikkhu atau bhikkhuni? Apakah perlu untuk mempraktikkan Dharma?
- Bagaimana umat awam dapat mempraktikkan Dharma?
- Apakah orang yang menjadi bhikkhu dan bhikkhuni melarikan diri dari kenyataan hidup yang keras?
- Apakah seseorang yang mengambil janji kebhikkhuan tidak sayang pada keluarga yang ia tinggalkan?
- Bagaimana perasaan orangtua bila anaknya menjadi bhikkhu atau bhikkhuni?
- Apakah mengambil janji kebhikkhuan merupakan pengorbanan yang menyengsarakan?
- Kadang-kadang kita menjumpai Bhikkhu dan umat awam yang kurang baik dan sulit bergaul walau mereka praktik agama. Mengapa?

MEDITASI
- Apa itu meditasi?
- Dapatkah meditasi menjadi berbahaya? Beberapa orang mengatakan kamu dapat gila karenanya. Benarkah itu?
- Bagaimana kita belajar meditasi? Apa saja jenis-jenis meditasi?
- Apa manfaat dari meditasi?
- Apakah seseorang bisa mendapatkan kekuatan gaib melalui praktik Buddhisme? Apakah itu tujuan yang berharga untuk dicapai?

LANGKAH-LANGKAH SEPANJANG JALAN
- Siapa itu arhat (arahat)? Apa itu nirvana (nibbana)?
- Apa itu bodhi atau pencerahan?
- Apa itu bodhisattva, mahluk yang berdedikasi?
- Apa itu seorang arya, mahluk superior atau mulia?

KETANPAAKUAN
- Apakah "ketanpaakuan" dan "kekosongan" artinya sama?
- Apa manfaat dari merealisasi ketanpaakuan atau kekosongan?
- Apa artinya berkata, "Semua orang dan fenomena adalah tidak ada keberadaan yang sejati atau yang berdiri sendiri?"
- Bila semua orang dan fenomena adalah kosong, apakah itu berarti tak ada yang muncul?
- Apa cara terbaik merealisasi kekosongan dari keberadaan yang berdiri sendiri?

VAJRAYANA
- Apa itu Vajrayana?
- Apa itu inisiasi? Mengapa ada beberapa ajaran yang "rahasia"?
- Apa arti simbol dalam seni tantra?
- Apa tujuan melafalkan mantra seperti "om mani padme hung"? Apa makna mantra tersebut?

PANCASILA BUDDHIS

=========================================================================

INTISARI BUDDHISME & TRADISI BUDDHIS

Apa intisari ajaran Sang Buddha?

Secara sederhana yaitu menghindari menyakiti orang lain dan menolong mereka sebisa mungkin. Cara lain mengemukakan ini adalah, "menghindari perbuatan negatif, melakukan kebajikan sempurna, mengendalikan batin kita. Inilah ajaran Sang Buddha." Dengan menghindari perbuatan negatif (membunuh, dll) dan motivasi-motivasi yang menghancurkan (kemarahan, kemelekatan, kepicikan, dll), kita berhenti menyakiti diri sendiri dan orang lain. Dengan melakukan kebajikan sempurna, kita mengembangkan sikap yang bermanfaat, seperti cinta kasih dan welas asih universal, dan melakukan perbuatan yang dimotivasi oleh pikiran semacam ini. Dengan mengendalikan batin, kita membuang semua pandangan yang salah, sehingga membuat kita tenang dan damai dengan memahami kenyataan.

Intisari ajaran Sang Buddha juga terkandung pada tiga prinsip sang jalan: penolakan terhadap samsara, hati yang berdedikasi (bodhicitta), dan kebijaksanaan merealisasi kesunyataan. Awalnya, kita mencari tahu sesuatu yang muncul dari kebingungan masalah kita dan penyebabnya. Kemudian, kita melihat bahwa orang lain juga punya masalah, dan dengan cinta kasih dan welas asih, kita dedikasikan hati kita untuk menjadi Buddha sehingga kita mampu menolong yang lain secara luas. Untuk mewujudkan ini, kita mengembangkan kebijaksanaan memahami sifat yang alami dari kita dan fenomena lain.

Apa itu Tiga Mustika? Apa maksudnya berlindung pada Tiga Mustika?

Tiga Mustika adalah Buddha, Dharma, dan Sangha. Buddha adalah orang yang telah membersihkan noda-noda – emosi-emosi pengganggu, jejak perbuatan yang dimotivasi oleh emosi-emosi pengganggu, dan noda dari emosi pengganggu – dan seseorang yang telah mengembangkan semua kualitas baik, seperti cinta kasih dan welas asih universal, kebijaksanaan mengetahui segala sesuatu, dan keahlian membimbing orang lain.

Dharma mewujudkan cara pencegahan yang menjaga kita dari masalah dan penderitaan. Dharma terdiri dari ajaran Sang Buddha, juga pengertian akan ajaran-ajaranNya – penghentian masalah dan penyebabnya, dan realisasi atau jalan menuju penghentian tersebut.

Sangha adalah mahluk-mahluk yang memiliki pemahaman langsung tanpa konsep tentang kesunyataan atau kebenaran sejati. Dalam tingkatan relatif, Sangha juga termasuk para bhikkhu yang menerapkan ajaran Sang Buddha.

Dharma adalah pelindung kita yang sebenarnya, obat yang kita minum untuk menyembuhkan masalah dan penyebabnya. Buddha adalah seperti dokter, yang mendiagnosis penyebab masalah kita dengan tepat dan menulis resep obat yang tepat pula. Dengan membantu kita dalam praktik, Sangha mirip dengan perawat yang membantu kita mengambil obat.

Mengambil perlindungan berarti kita menyandarkan diri sepenuh hati pada Tiga Mustika untuk mengilhami dan membimbing kita menuju arah yang membangun dan menguntungkan dalam kehidupan kita. Mengambil perlindungan tidak berarti bersembunyi dengan pasif di bawah perlindungan Buddha, Dharma, dan Sangha. Melainkan adalah proses aktif mengikuti arah yang mereka tunjukkan dan meningkatkan kualitas hidup kita.

Mengapa ada banyak tradisi Buddhis?

Sang Buddha memberikan beraneka ragam ajaran karena para mahluk (mahluk manapun dengan batin yang bukan Buddha, termasuk mahluk di alam kehidupan lain) memiliki watak, kecenderungan, dan ketertarikan yang berbeda. Sang Buddha tidak pernah mengharapkan kita semua cocok masuk ke dalam cetakan yang sama. Jadi, Beliau memberikan ajaran-ajaran dan menggambarkan berbagai jalan untuk praktik sehingga masing-masing kita dapat menemukan jalan yang cocok bagi tingkatan batin dan kepribadian kita. Dengan kemahiran dan welas asih membimbing mahluk lain, Sang Buddha memutar roda Dharma tiga kali, tiap kali meletakkan sistem filosofis yang sedikit berbeda guna memberi kecocokan pada berbagai perbedaan watak semua mahluk. Inti dari semua ajaran itu pada dasarnya sama: keinginan untuk membebaskan diri dari roda samsara, welas asih bagi mahluk lain dan kebijaksanaan merealisasi ketanpaakuan.

Tidak semua orang menyukai makanan yang sama. Ketika hidangan besar disajikan, kita memilih makanan yang kita sukai. Tidak ada kewajiban menyukai semuanya. Meskipun kita menyukai rasa manis, bukanlah berarti makanan yang asin tidak bagus dan harus dibuang! Sama halnya, kita mungkin lebih menyukai pendekatan tertentu: Theravada, Tanah Suci, Zen, Vajrayana, dan lain-lain. Kita bebas memilih pendekatan yang cocok dengan kita dan yang kita rasa paling nyaman. Namun demikian kita tetap memelihara batin yang terbuka dan hormat pada tradisi lain. Ketika batin kita semakin berkembang, kita mungkin dapat memahami unsur dari tradisi lain dimana kita kurang mengerti sebelumnya. Singkat kata, apapun yang berguna dan membantu kita hidup lebih baik, kita berpraktik, dan apapun yang belum kita pahami, kita pinggirkan tanpa menolaknya.

Pada saat kita mungkin menemukan satu tradisi yang cocok dengan kepribadian kita, janganlah mengemukakannya dengan cara konkrit: "Saya seorang Mahayana, kamu seorang Theravada" atau "saya seorang Buddhis, kamu orang Kristen." Adalah penting untuk mengingat bahwa kita sebagai manusia mencari kebahagiaan dan ingin mewujudkan kebenaran, dan kita masing-masing menemukan metode yang cocok dengan watak kita.

Bagaimanapun, memelihara batin terbuka pada pendekatan yang berbeda itu tidak berarti mencampur semuanya secara acak, membuat praktik kita seperti cap cay. Jangan mencampur teknik meditasi dari tradisi berbeda bersamaan dalam satu sesi meditasi. Dalam satu sesi, lebih baik melakukan satu teknik. Jika kita mencoba sedikit dari teknik ini dan sedikit dari teknik lainnya, dan tanpa pemahaman, kita campur, maka kita berakhir dengan kebingungan. Bagaimanapun, ajaran yang ditekankan pada satu tradisi dapat memperkaya pemahaman dan praktik kita pada tradisi lain. Juga, dianjurkan untuk melakukan meditasi yang sama setiap hari. Jika kita melakukan meditasi pernafasan, besoknya melafal nama Buddha, dan hari ketiga meditasi analitis, kita tidak akan ada kemajuan di salah satu teknik pun karena tidak ada kesinambungan dalam praktik ini.

Apa jenis-jenis tradisi Buddhis?

Secara umum dikenal dua: Theravada dan Mahayana. Silsilah Theravada (Tradisi Sesepuh), yang mendasarkan pada sutra dalam bahasa Pali, menyebar dari India ke Sri Lanka, Thailand, Burma, dll. Tradisi ini menekankan pada meditasi pernafasan untuk membangun konsentrasi dan meditasi kewaspadaan tentang tubuh perasaan, batin, dan fenomena untuk membangun kebijaksanaan. Tradisi Mahayana (kendaraan besar), berdasarkan kitab dalam bahasa Sansekerta menyebar ke Cina, Tibet, Jepang, Korea, Vietnam, dll. Meskipun dalam Theravada, praktik cinta kasih dan welas asih adalah faktor penting dan pokok, dalam Mahayana hal itu ditekankan pada hal yang lebih luas. Dalam Mahayana, terdapat beberapa cabang: Tanah Suci yang menekankan pada pelafalan Nama Buddha Amitabha untuk terlahir di Tanah SuciNya; Zen menekankan pada meditasi mengurangi kekacauan, batin terkendali; Vajrayana (kendaraan intan) melaksanakan meditasi pada deiti untuk mentransformasi badan dan batin kita yang terkontaminasi menjadi badan dan batin Buddha.

Mengapa orang dalam beberapa tradisi Buddhis makan daging, sementara yang lain vegetarian?

Awalnya, mungkin agak membingungkan bahwa Theravada makan daging, Mahayana Cina tidak, dan orang Tibet, yang berlatih Vajrayana, juga makan daging. Perbedaan dalam praktik ini tergantung dari penekanan yang berbeda dari masing-masing tradisi: penekanan pada ajaran Theravada adalah mengurangi kemelekatan pada objek-objek indera dan menghentikan batin yang mendiskriminasi dengan berkata, "Saya suka yang ini bukan yang itu." Dengan demikian ketika bhikkhu melakukan pindapata, mereka menerima dan berterima kasih atas apapun yang diberikan, apakah itu daging atau bukan. Ini tidak saja melukai perasaan para dermawan tetapi juga merusak praktik kebhikkhuan untuk melepaskan diri dari kemelekatan, jika ia berkata, "Saya tidak makan daging, jadi tolong berikan lagi sayuran lezat itu." Namun, hanya daging yang berasal dari hewan dimana bhikkhu itu tidak memerintahkan untuk dipotong, tidak melihat, mendengar, atau menduga bahwa hewan dipotong untuknya, ia diizinkan untuk memakannya. Bagaimanapun, adalah bijaksana bagi orang yang melakukan persembahan untuk mengingat bahwa dasar utama ajaran Sang Buddha adalah tidak menyakiti mahluk lain, dan memilih apa yang akan mereka persembahkan.

Dengan dasar melepaskan diri dari kemelekatan, welas asih pada mahluk lain ditekankan, khususnya dalam tradisi Mahayana. Jadi, untuk praktisi dianjurkan untuk tidak makan daging untuk menghindari rasa sakit yang dialami oleh mahluk lain dan mencegah tukang daging melakukan perbuatan negatif. Juga, karena getaran yang timbul dari daging, akan mengganggu praktisi awam untuk mengembangkan welas asih yang lebih luas. Oleh karena itu, vegetarianisme dianjurkan.

Jalan Tantra atau Vajrayana memiliki empat kelas. Di kelas bawah, kebersihan dan kesucian eksternal ditekankan sebagai teknik bagi praktisi untuk membangkitkan kesucian batin. Oleh karena itu, praktisi pada tingkat itu tidak makan daging, yang dianggap tidak suci. Di sisi lain, pada tingkat yoga tantra tertinggi, dengan dasar ketidakmelekatan dan welas asih, praktisi yang berkualitas bermeditasi pada sistem syaraf halus, dan untuk itu, elemen-elemen tubuh harus sangat kuat. Jadi, daging direkomendasikan bagi orang ini. Kelas tantra ini menekankan pada transformasi objek-objek biasa melalui meditasi pada kekosongan. Praktisi ini, dengan kebajikan pada meditasi yang mendalam, tidak makan daging dengan rakus untuk kesenangannya sendiri.

Di Tibet, ada faktor tambahan untuk dipertimbangkan, oleh karena ketinggian tempat dan cuaca yang tidak bersahabat, hanya sedikit yang bisa dimakan di samping gandum, produk susu, dan daging. Untuk hidup, orang perlu makan daging. Yang Mulia Dalai Lama mendorong orang Tibet di pengasingan, yang hidup di negeri di mana banyak sayuran dan buah, menahan diri untuk makan daging bila mungkin. Juga bila praktisi memiliki masalah berat dengan kesehatannya bila tidak makan daging, maka guru dapat mengizinkannya memakan daging. Jadi, masing-masing harus memeriksa tingkatan praktik dan kebutuhan tubuh dan makan semestinya.

Kenyataan bahwa ada sejumlah cara dalam doktrin Buddhis membuktikan kemampuan Sang Buddha dalam membimbing umat sesuai watak dan kebutuhan mereka. Sangat penting untuk tidak berat sebelah dan sektarian, tetapi menaruh hormat pada semua tradisi dan praktisinya.

Mengapa beberapa bhikkhu dan bhikkhuni mengenakan jubah oranye sedangkan yang lain berpakaian merah tua, abu-abu, atau hitam?

Oleh karena ajaran Sang Buddha menyebar dari satu negara ke negara lain, perihal berpakaian menjadi fleksibel dan menyesuaikan pada budaya dan mentalitas orang di daerah itu, tanpa mengubah intisari dan maknanya. Jadi, gaya jubah Sangha bermacam-macam. Di Sri Lanka, Thailand, Burma, dll jubahnya berwarna oranye dan tanpa lengan, seperti jubah pada masa kehidupan Sang Buddha. Namun, di Tibet bahan celupan untuk warna itu tidak tersedia, jadi warna yang lebih tua, merah tua digunakan. Di Cina orang-orang menyatakan bahwa kurang sopan memperlihatkan kulit, jadi pakaian disesuaikan, kostum berlengan panjang dari Dinasti T’ang yang digunakan. Kebudayaan melihat warna oranye terlalu cerah bagi orang yang berada pada jalan agama, jadi warnanya diubah jadi abu-abu. Namun semangat dari jubah asli tetap tersimpan dalam bentuk tujuh dan sembilan jubah luar berwarna coklat, kuning, dan merah.

Cara kebaktian di berbagai negara juga berbeda, mengikuti kebudayaan dan bahasa dari tempat itu. Alat musiknya juga berbeda, seperti halnya cara bernamaskara. Orang Cina berdiri ketika mereka melakukan kebaktian, orang Tibet duduk. Variasi ini dikarenakan adaptasi budaya. Adalah penting untuk mengerti bahwa bentuk luar dan cara melakukannya bukanlah Dharma. Hal demikian adalah alat untuk membantu kita mempraktikkan Dharma secara lebih baik menurut budaya dan tempat kita tinggal. Namun Dharma yang sebenarnya tidak dapat dilihat oleh mata kita atau didengar oleh telinga kita. Dharma adalah sesuatu yang dialami oleh batin kita. Dharma yang sebenarnya adalah apa yang harus kita tekankan dan memberi perhatian, bukan pada penampakkan luar yang dapat bermacam-macam dari satu daerah ke daerah lain.

 

SANG BUDDHA

Siapa itu Sang Buddha? Jika beliau hanya seorang manusia, bagaimana beliau membantu kita?

Ada banyak cara menggambarkan siapakah Sang Buddha itu, menurut berbagai cara memahaminya. Interpretasi yang berbeda-beda ini bersumberkan pada ajaran Sang Buddha. Satu cara adalah dengan melihat Buddha historis yang hidup 2500 tahun silam sebagai manusia yang menyucikan batinnya dari noda-noda dan membangun semua potensinya. Mahluk apapun juga yang melakukan hal serupa juga dianggap seorang Buddha, jadi ada banyak Buddha bukan hanya satu. Cara lain untuk memahami Buddha tertentu atau mahluk-mahluk suci Buddhis adalah sebagai batin maha tahu dimanifestasikan dalam aspek fisik tertentu dengan tujuan berkomunikasi dengan kita. Masih ada cara lain melihat Sang Buddha - atau mahluk suci Buddhis yang mencapai pencerahan – sebagai pemunculan Buddha yang akan datang yang mana kita akan menjadi Buddha ketika kita dengan tepat dan sepenuhnya menempuh jalan menyucikan batin dari noda-noda dan membangun semua potensi kita. Mari kita teliti masing-masing cara ini secara lebih mendalam…

BUDDHA HISTORIS

Buddha historis, Sakyamuni, dilahirkan sebagai seorang pangeran dan memiliki segalanya dalam hal material dan kekayaan, sebuah keluarga yang mengasihi, ketenaran, reputasi, dan kekuasaan. Ia melihat meskipun hal demikian membawa kebahagiaan duniawi yang sementara, hal ini tidak akan bisa membawa kebahagiaan selama-lamanya. Jadi, ia meninggalkan lingkungan istana untuk menjadi pertapa mencari kebenaran. Setelah melaksanakan siksaan fisik selama enam tahun, ia melihat bahwa peyangkalan diri yang ekstrim juga bukanlah jalan mencapai kebahagiaan sejati. Pada titik ini, ia duduk di bawah pohon bodhi, dan dalam meditasi yang mendalam ia menyucikan batinnya dari semua konsep yang salah, tindakan yang tercemar dan semua jejaknya, dan membawa kesempurnaan potensi dan kualitas-kualitas yang baik. Ia dengan welas asih yang agung, kebijaksanaan dan kemahiran, memberi ajaran, yang menjadikan orang lain bisa secara bertahap menyucikan batinnya, membangun potensi mereka, dan mencapai realisasi yang sama dan kebahagiaan yang ia miliki.

Bagaimana mungkin orang demikian dapat menolong kita dari masalah dan penderitaan kita? Ia pasti tidak dapat menarik emosi pengganggu dari batin kita seperti halnya mengeluarkan duri dari kaki seseorang. Ia tidak bisa juga membersihkan noda-noda kita dengan air, atau menuangkan realisasinya ke dalam batin kita. Sang Buddha memiliki welas asih tiada batas kepada semua mahluk hidup dan menyayangi kita melebihi dirinya sendiri, jadi bila penderitaan kita dapat dikurangi oleh tindakan Sang Buddha, ia tentu sudah melakukannya.

Namun demikian, pengalaman kita, kebahagiaan atau penderitaan kita, tergantung pada batin kita sendiri. Tergantung pada apakah kita dapat menerima tanggung jawab untuk mengatasi perasaan menderita dan perbuatan kita. Sang Buddha menunjukkan metode melakukan ini, metode yang ia sendiri gunakan untuk berubah dari mahluk biasa yang bingung seperti kita saat ini menjadi kondisi penyucian total dan pencerahan sempurna, atau kebudhaan. Hal itu tergantung pada kita mempraktikkan dan mentranformasikan batin kita sendiri. Buddha Sakyamuni adalah orang yang melakukan apa yang ingin kita lakukan - mencapai kebahagiaan selama-lamanya. Ia mengajarkan pada kita melalui kisah hidupnya dan beragam pengajaran yang ia berikan. Tetapi ia tidak dapat mengontrol batin kita, hanya kita sendirilah yang dapat melakukannya. Pencerahan kita tergantung tidak saja dari jalan yang diperlihatkan oleh Sang Buddha, melainkan juga usaha kita untuk mengikuti jalan itu.

Hal itu seperti bila kita ingin pergi ke London. Pertama kita mencari tahu apakah tempat yang namanya London benar-benar ada, kemudian kita mencari seseorang yang pernah ke sana dan yang memiliki kemampuan dan keinginan untuk memberikan pada kita semua informasi perjalanan. Adalah bodoh untuk mengikuti orang yang tidak pernah ke sana, karena ia tanpa sengaja dapat membuat kesalahan dalam penjelasannya. Seperti halnya Sang Buddha yang telah mencapai penyucian total dan pencerahan sempurna, ia memiliki kebijaksanaan, welas asih, dan kemahiran untuk menunjukkan sang jalan pada kita. Suatu kesia-siaan kita mempercayai pedoman seseorang yang belum mencapai pencerahan bagi dirinya sendiri.

Pemandu wisata kita dapat memberikan informasi tentang apa yang perlu dibawa dalam perjalanan dan apa yang dapat ditinggalkan. Ia dapat menceritakan pada kita bagaimana berganti pesawat, bagaimana mengenal bermacam-macam tempat yang akan kita lalui, apa marabahaya yang dapat kita temui sepanjang jalan dan seterusnya. Sama halnya, Sang Buddha telah menggambarkan bermacam-macam tingkatan dari jalan dan tahapan, bagaimana melangkah maju dari satu jalan ke jalan lain, kualitas yang kita perlukan dan kembangkan, dan mana yang perlu ditinggalkan. Namun, seorang pemandu wisata tidak dapat memaksa kita menempuh perjalanan - ia hanya dapat menunjukkan jalan. Kita harus ke bandara dan naik pesawat sendiri. Juga halnya, Sang Buddha tidak dapat memaksa kita mempraktikkan sang jalan. Ia memberikan ajaran dan memperlihatkan dengan contoh bagaimana melakukannya, tapi kita harus melakukannya sendiri.

SANG BUDDHA SEBAGAI MANIFESTASI

Cara kedua memikirkan Sang Buddha adalah sebagai manifestasi batin maha tahu dalam bentuk fisik. Mahluk-mahluk yang dinamakan Buddha adalah maha mengetahui karena mereka mencerna semua fenomena yang ada sejelas kita melihat telapak tangan kita sendiri. Mereka mencapai kemampuan ini dengan sepenuhnya mengembangkan kebijaksanaan dan welas asihnya, sehingga menghilangkan semua cacat. Tetapi kita tidak dapat berkomunikasi secara langsung dengan batin maha tahu para Buddha sebab kita tidak memiliki kekuatan batin (abhinna). Agar para Buddha dapat mewujudkan janji mereka yang paling dalam untuk membimbing semua mahluk mencapai pencerahan, mereka harus berkomunikasi dengan kita, dan untuk itu, mereka menjadi bentuk fisik. Dengan cara ini, kita dapat membayangkan Buddha Sakyamuni sebagai mahluk yang telah tercerahkan, dan muncul sebagai pangeran ke dunia untuk mengajar kita.

Tetapi bila Beliau telah tercerahkan, bagaimana bisa Beliau terlahir kembali? Sakyamuni tidak terlahir kembali atas kontrol dari emosi-emosi pengganggu (kilesa) dan perbuatan tercemar (karma) seperti mahluk biasa, oleh karena ia telah menghilangkan noda-noda dari batinnya. Namun, ia dapat muncul ke dunia ini dengan kekuatan welas asih.

Ketika membayangkan Sang Buddha sebagai manifestasi, jangan menekankan pada Sang Buddha sebagai pribadi. Lebih dari itu, berkonsentrasilah pada kualitas-kualitas batin maha tahu yang muncul dalam bentuk fisik orang. Ini adalah cara yang lebih abstrak dalam memahami Sang Buddha, jadi kita memerlukan usaha lebih untuk memikirkan dalam cara ini dan memahaminya.

Dengan cara yang sama, mahluk suci Buddhis yang tercerahkan dapat dilihat sebagai manifestasi batin maha tahu. Mengapa begitu banyak mahluk suci bila semua mahluk yang mencapai pencerahan memiliki realisasi yang sama? Ini karena masing-masing penampakkan fisik menekankan dan mengkomunikasikan dengan aspek yang berbeda dari kepribadian kita. Ini menunjukkan cara-cara yang mahir dari para Buddha. Sebagai contoh, Avalokiteshvara (Kuan Yin, Chenresig) adalah manifestasi dari welas asih semua Buddha. Meski memiliki semua welas asih dan kebijaksanaan dari Para Buddha, manifestasi dari Avalokiteshvara menekankan pada welas asih. Dengan memikirkan, berdoa pada, dan meditasi pada Avalokiteshvara, kita dapat mengembangkan semua kualitas dari para Buddha, dan terutama welas asih kita akan berkembang lebih cepat.

Warna putih dari Avalokiteshvara menekankan pada kesucian, dalam hal ini penyucian dari keakuan melalui welas asih. Ribuan lengan, masing-masing dengan sebuah mata pada telapak tangan, mengekspresikan bagaimana welas asih tanpa batas melihat semua mahluk hidup dan berkeinginan untuk mencapai dan membantu mereka. Dengan memvisualisasikan welas asih dalam aspek fisik ini, kita berkomunikasi dengan welas asih dalam cara simbolik dan non-verbal.

Manjushri adalah manifestasi kebijaksanaan semua Buddha, demikian juga dengan Manjushri, memiliki realisasi yang sama dengan semua Buddha. Manjushri, yang ditemukan dalam tradisi Tibet, digambarkan berwarna kuning, memegang pedang menyala dan setangkai bunga teratai dengan Sutra Kebijaksanaan Sempurna (Prajna Paramita Sutra). Bentuk fisik ini adalah simbol dari realisasi "yang mendalam". Warna kuning mewakili kebijaksanaan, yang menerangi batin seperti cahaya keemasan matahari menyinari bumi. Pedang, juga, mewakili kebijaksanaan dalam fungsinya memotong ketidaktahuan. Memegang Sutra Kebijaksanaan Sempurna menunjukkan cara kita mengembangkan kebijaksanaan adalah dengan belajar, merenungkan, dan meditasi pada sutra ini. Dengan memvisualisasikan dan bermeditasi pada Manjushri, kita dapat mencapai kualitas seorang Buddha, khususnya kebijaksanaan.

Dengan cara ini kita dapat mengerti mengapa ada begitu banyak mahluk suci. Tiap mahluk suci menekankan aspek tertentu dari kualitas pencerahan, agar dapat berkomunikasi atas kualitas itu pada kita secara simbolis. Ini tidaklah berarti, bahwa tidak ada mahluk Avalokiteshvara, untuk pada satu tingkatan, kita dapat mengerti bahwa Buddha welas asih adalah seseorang yang tinggal di Tanah Suci. Pada tingkatan lain, kita dapat melihatnya sebagai manifestasi welas asih dalam bentuk fisik. Jangan bingung karena Avalokiteshvara adalah terkadang dalam bentuk laki-laki dan terkadang berbentuk wanita. Ini bukan karena ia tidak bisa memutuskan! Batin yang tercerahkan sebenarnya melampaui apakah laki-laki atau wanita. Ini hanyalah penampakkan agar dapat berkomunikasi dengan kita mahluk biasa yang sangat terpengaruh oleh bentuk. Mahluk yang tercerahkan dapat muncul dalam bermacam-macam tubuh.

Inti dari semua manifestasi ini adalah sama: batin maha tahu dari kebijaksanaan dan welas asih. Semua Buddha dan mahluk suci tidaklah berbeda seperti sebuah apel berbeda dari sebuah jeruk. Lebih dari itu, mereka memiliki hakikat yang sama, hanya saja mereka muncul dalam bentuk luar yang berbeda agar dapat berkomunikasi dengan kita dalam cara yang berbeda. Dari segumpal tanah liat, sebuah pot, vas bunga, piring, atau patung dapat dibuat. Intisari dari bentuk-bentuk itu adalah sama - tanah liat - namun memiliki fungsi berbeda tergantung bagaimana tanah liat dibentuk. Dalam cara yang sama, intisari dari semua Buddha dan mahluk suci adalah batin maha tahu dari kebijaksanaan dan welas asih. Ini muncul dalam bentuk beraneka ragam yang menampilkan fungsi yang beragam pula. Jadi, ketika kita ingin mengembangkan welas asih, kita menekankan meditasi pada Avalokiteshvara, ketika batin kita bodoh dan lamban kita menekankan praktik Manjushri, Buddha Kebijaksanaan. Para Buddha ini memiliki realisasi yang sama dan masing-masing memiliki kekhususan.

BUDDHA YANG AKAN KITA CAPAI DI MASA MENDATANG

Cara ketiga mengerti Sang Buddha yang kepadanya kita ambil perlindungan sebagai pemunculan dari potensi kebuddhaan kita sendiri dalam bentuk yang telah berkembang sepenuhnya. Semua mahluk memiliki potensi untuk menjadi Buddha, karena kita semua memiliki batin yang jernih. Saat ini batin kita dikaburkan oleh emosi pengganggu (kilesa) dan perbuatan (karma). Melalui praktik yang berkelanjutan, kita dapat memindahkan noda-noda ini dari arus batin kita dan memelihara benih potensi yang kita miliki. Jadi, kita dapat menjadi seorang Buddha ketika proses penyucian dan pengembangan itu selesai. Ini adalah keunikan Buddhisme, oleh karena di banyak agama ada jarak antara mahluk suci dan manusia. Namun, Sang Buddha mengatakan bahwa tiap mahluk memiliki potensi untuk kesempurnaan. Ini hanyalah masalah terjun praktik dan menciptakan penyebab untuk meraih kesempurnaan.

Ketika kita memvisualisasikan Sang Buddha atau mahluk suci dan memikirkannya sebagai Buddha masa depan yang kelak kita akan mencapainya, kita membayangkan sifat kebuddhaan kita yang tersembunyi dalam bentuk yang telah berkembang lengkap. Kita memikirkan masa depan ketika kita melengkapkan jalan penyucian total dan pencerahan sempurna. Kita membayangkan masa depan pada saat sekarang, dan dengan cara ini menegaskan kembali sifat-sifat luhur yang masih tersembunyi pada diri kita. Ini juga membantu kita mengerti bahwa apa yang pasti melindungi kita dari penderitaan adalah praktik kita sendiri dan pencapaian pencerahan.

Cara-cara berbeda dalam memahami Sang Buddha secara berurutan lebih sulit dimengerti. Kita mungkin tidak dapat memahaminya seketika. Hal itu bukan masalah. Interprestasi yang beragam dijelaskan karena orang-orang memiliki cara berbeda dalam pemahaman. Kita tidak diharapkan untuk mengerti semua dalam satu cara atau mengerti semuanya seketika.

 

BERHALA & PERSEMBAHAN

Apakah umat Buddha menyembahyangi berhala?

Tidak sama sekali! Sebungkah tanah liat atau perunggu atau giok bukanlah objek dari penghormatan dan doa kita. Ketika kita bersujud di hadapan gambar Buddha, kita mengingat kualitas dari mahluk yang tercerahkan. Adalah cinta kasih tak terbatas dan welas asih, kedermawananan, moralitas, kesabaran, usaha yang penuh kegembiraan, konsentrasi dan kebijaksanaan mereka yang kita hormati. Patung atau lukisan, mengingatkan kita akan kualitas, bukannya tanah liat, yang kita sujudkan. Kita tidak butuh sebuah patung di depan kita untuk bersujud atau menghormat pada para Buddha dan kualitas mereka.

Misalnya, jika kita bepergian ke suatu tempat yang jauh dari keluarga, kita memikirkan mereka dan merasakan cinta kasih yang besar. Tetapi kita juga senang memiliki foto mereka untuk mengingatnya dengan lebih baik. Ketika kita melihat ke foto dan merasa cinta pada keluarga kita, kita tidak mencintai kertas dan tinta dari foto! Foto hanyalah memperkuat memori kita. Serupa dengan patung atau gambar Sang Buddha.

Dengan memperlihatkan rasa hormat pada para Buddha dan kualitas mereka, kita terinspirasi untuk mengembangkan kualitas luar biasa mereka pada arus batin kita. Kita menjadi seperti orang yang kita hormati. Ketika kita mengambil contoh kebaikan cinta kasih dan kebijaksanaan para Buddha, kita berusaha keras untuk menjadi seperti mereka.

Apa tujuan memberikan persembahan pada Sang Buddha?

Kita tidak memberikan persembahan karena Sang Buddha membutuhkan persembahan kita. Ketika seseorang telah menyucikan noda-noda dan menikmati suka cita yang datang dari kebijaksanaan, ia pasti tidak membutuhkan sebatang dupa untuk bahagia! Tidak pula kita memberikan persembahan untuk mendapatkan kemurahan hati Sang Buddha. Sang Buddha mengembangkan cinta kasih dan welas asih tak terbatas dulu kala dan tidak akan goyah oleh sanjungan dan suapan seperti mahluk biasa! Memberikan persembahan adalah sebuah cara menciptakan potensi positif dan mengembangkan batin kita. Saat ini, kita memiliki kemelekatan yang berlebihan dan kekikiran. Kita menyimpan yang paling besar dan terbaik bagi kita sendiri dan memberikan kualitas dua atau sesuatu yang tidak kita inginkan kepada orang lain. Dengan sifat mementingkan diri sendiri, kita selalu merasa miskin dan tidak puas, tidak peduli berapa banyak yang kita miliki. Kita senantiasa merasa kehilangan sekecil apapun yang kita miliki. Sikap terhadap objek material ini membuat batin kita gelisah, dan menyebabkan kita melakukan tindakan curang untuk mendapatkan hal yang lebih banyak atau menjadi tidak baik pada orang lain untuk melindungi apa yang kita punyai.

Adalah untuk menghancurkan kebiasaan buruk kemelekatan dan kekikiran itulah kita memberikan persembahan. Ketika kita memberikan persembahan, kita ingin melakukannya tanpa merasa kehilangan. Untuk alasan inilah bahwa dalam tradisi Tibet, tujuh mangkok air dipersembahkan di altar. Air dapat diperoleh dengan mudah sehingga kita dengan mudah mempersembahkannya tanpa kemelekatan atau kekikiran. Dengan mempersembahkan seperti ini, kita membiasakan diri sendiri dengan batin dan tindakan memberi. Jadi kita merasa kaya ketika kita memberi dan merasa senang berbagi barang yang bagus kepada orang lain.

Oleh karena para Buddha, Bodhisattva, dan arahat adalah mahluk tertinggi, maka baik untuk melakukan persembahan pada mereka. Kita biasanya memberi sesuatu pada teman kita karena kita suka mereka. Disini, kita mempersembahkan pada mahluk suci karena kita tertarik pada kualitas mereka. Kita tidak seharusnya memberikan persembahan dengan motivasi menyuap para Buddha, "Saya persembahkan dupa padaMu, kini kamu harus mengabulkan doaku!" Kita memberi dengan sikap penuh hormat dan baik. Jika kemudian kita membuat permintaan, kita melakukannya dengan kerendahan hati. Jangan berpikir bahwa mereka tidak menerima persembahan hanya karena bunga dan buah masih ada di altar keesokan harinya. Mereka dapat menerimanya tanpa mengambil.

Apakah ada arti simbolis tiap-tiap persembahan?

Ya. Bunga melambangkan kualitas para Buddha dan Bodhisatva, dupa melambangkan keharuman sucinya moral. Cahaya menyimbolkan kebijaksanan, dan keharuman melambangkan keyakinan. Mempersembahkan makanan adalah seperti memberikan makanan pada kosentrasi dalam meditasi dan musik menyimbolkan ketidakkekalan dan kekosongan dari semua fenomena.

Pada saat kita secara fisik mempersembahkan setangkai bunga, secara mental kita dapat membayangkan keseluruhan langit terisi oleh bunga-bunga cantik dan mempersembahkannya juga. Ini memperkaya batin kita untuk membayangkan hal-hal baik dan kemudian mempersembahkannya pada para Buddha dan Bodhisatva.

Seharusnyakah kita mempersembahkan makanan kita sebelum memakannya?

Ya. Normalnya kita langsung menyantap makanan dalam piring dengan kemelekatan, sedikit perhatian, dan bahkan tidak benar-benar menikmati. Sekarang, kita berhenti sejenak sebelum makan dan membayangkan makanan sebagai amrita (minuman para dewa) yang penuh kebahagian. Ini dipersembahkan pada Buddha kecil yang terbuat dari cahaya di tengah hati kita (chakra). Buddha itu menikmati makanan dan memancarkan lebih banyak cahaya yang mengisi keseluruhan tubuh dan membuat kita penuh kebahagian. Dengan cara ini, kita memperhatikan Buddha dan proses makan. Kita menciptakan potensi positif dengan mempersembahkan pada Buddha, dan kita juga lebih menikmati makanan itu.

Sebelum makan, beberapa orang suka membacakan doa: "Semoga kita dan rekan sekeliling kita tidak pernah terpisahkan dari Tiga Mustika (Buddha, Dharma, dan Sangha) dalam kehidupan yang akan datang. Semoga kita terus menerus membuat persembahan pada Tiga Mustika dan semoga kita menerima inspirasi dari Tiga Mustika."

 

BERDOA & MENDEDIKASIKAN POTENSI POSITIF

Mengapa berdoa?Apakah doa dapat dipenuhi?

Ada banyak jenis doa. Beberapa menuntun dan memberi inspirasi bagi batin menuju tujuan tertentu, jadi menciptakan penyebab bagi kita untuk mencapainya. Contohnya adalah berdoa agar lebih toleran dan iba kepada yang lain. Doa lainnya untuk orang atau situasi khusus, seperti berdoa agar penyakit seseorang dapat sembuh. Agar doa-doa dapat dikabulkan tergantung lebih dari sekedar berdoa: penyebab yang tepat harus diciptakan. Jadi tidak sekedar berkata: "Tolonglah, Buddha, buatlah ini dan itu terjadi, tetapi saya akan santai dan minum teh saat kamu kerjakan!"

Contohnya, jika kita berdoa agar lebih penuh cinta kasih dan iba namun tidak berusaha apa-apa untuk mengendalikan amarah kita, kita tidak menciptakan penyebab dari doa itu agar terkabulkan. Transformasi dari batin kita datang dari usaha kita sendiri, dan kita berdoa demi inspirasi Buddha untuk mencapainya. "Menerima berkah dari para Buddha" tidaklah berarti bahwa sesuatu yang nyata datang dari para Buddha dan masuk ke diri kita. Ini berarti batin kita mengalami tranformasi melalui gabungan antara usaha pengajaran dan petunjuk para Buddha dan Bodhisattva dan praktik kita sendiri. Jadi, kita tidak dapat berdoa terlahir di tanah suci dan mengharapkan para Buddha dan Bodhisattva untuk mewujudkan hal itu! Kita juga harus berusaha menerapkan ajaran: kita secara bertahap mengembangkan ketidakmelekatan dari kesenangan duniawi, kita mempraktikkan welas asih semaksimal mungkin, dan kita membangkitkan kebijaksanaan. Nah, berdoa barulah memiliki dampak besar bagi batin kita. Namun, jika kita tidak melakukan apapun untuk memperbaiki kebiasaan buruk badan, ucapan, dan batin, dan jika batin kita kacau selama berdoa, maka hasilnya minimal.

Doa kita untuk kesembuhan atau peningkatan keuangan keluarga atau sanak keluarga yang telah meninggal untuk terlahir lebih baik, semua ini tergantung pada yang bersangkutan sendiri menciptakan penyebab yang diperlukan. Jika ia memiliki penyebab itu, doa kita merupakan kondisi bagi benih kebajikan yang ia lakukan di masa lampau untuk masak dan membawa hasil. Namun, jika orang tersebut tidak menciptakan benih penyebab melalui perbuatan baiknya dulu, maka sulit untuk terkabulkannya doa kita. Kita dapat memberi pupuk dan air ke tanah, tapi jika petani belum menanam bibit, maka tidak ada yang tumbuh.

Ketika menggambarkan bagaimana penyebab dan akibat bekerja dalam rangkaian mental kita, Sang Buddha berkata bahwa pembunuhan menyebabkan usia pendek. Baik itu menghindari pembunuhan dan menolong nyawa mahluk lain menyebabkan kita berusia panjang, bebas dari penyakit. Jika kita mengabaikan nasihat dasar ini dan lalu berdoa agar memiliki umur panjang dan sehat, kita kehilangan maknanya! Di sisi lain, jika di masa lalu orang yang bersangkutan telah menghindari pembunuhan dan telah melindungi nyawa mahluk lain, maka doa untuknya dapat terkabulkan.

Dalam cara yang sama, Sang Buddha berkata bahwa kedermawanan adalah sebab dari kekayaan. Jika kita dermawan di kehidupan lalu dan kini berdoa agar kekayaan kita bertambah, maka keuangan kita dapat meningkat. Tapi, jika kita pelit sekarang, kita menciptakan penyebab dari kemiskinan, bukan kekayaan, di masa mendatang. Bersifat dermawan, menolong orang yang membutuhkan dan berbagi apa yang kita miliki, akan membawa hasil yang diinginkan suatu saat nanti di masa mendatang. Di sisi lain, ketika kita mengalami beberapa kesulitan dalam hidup, adalah baik menanyakan diri kita sendiri, "Apa perbuatan yang kuperbuat yang menyebabkan semua ini?" Ini kita pelajari dari ajaran Sang Buddha. Kemudian kita dapat mengubah tingkah laku kita guna menghindari lebih banyak benih yang berbuah hasil yang tidak diinginkan.

Apa peran melafalkan sutra dalam pengembangan spritual kita?

Pelafalan sutra dapat sangat bermanfaat jika digabungkan dengan motivasi yang tepat yaitu keinginan untuk mempersiapkan kehidupan mendatang, berusaha keras membebaskan diri dari roda samsara, atau bertujuan mencapai pencerahan dari Buddha dengan motivasi membahagiakan mahluk lain. Juga, agar pelafalan sutra berguna membantu kita membangkitkan batin positif, kita perlu berkonsentrasi dan membayangkan arti dari sutra yang kita bacakan. Tidak banyak manfaat jika kita melafalkan sutra ketika kita memikirkan makanan atau pekerjaan atau pesta. Sebuah tape rekaman juga bisa melafalkan nama para Buddha dan mengucapkan doa! Mari kita usahakan apa yang kita pikirkan berhubungan dengan apa yang mulut kita lafalkan, maka melafalkan sutra sangat kuat dan bermanfaat.

Namun, praktik spritual yang lengkap adalah lebih dari sekedar melafalkan sutra. Adalah baik mendengarkan ceramah, merenungkan artinya dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga mengembangkan perbuatan baik dengan tubuh, ucapan dan batin kita. Kita tidak dapat terbebas dari samsara hanya dengan melafalkan sutra saja, meditasi yang mendalam perlu untuk membangkitkan kebijaksanaan merealisasi ketanpaakuan.

Dapatkah "nilai kebajikan" ditransfer ke orang yang telah meninggal?

"Mendedikasikan" daripada "mentransfer" nilai kebajikan (potensi positif) mencakup pengertian yang lebih baik. Kita tidak dapat mentransfer nilai kebajikan sama halnya dengan memindahkan kepemilikan suatu harta atau dengan cara yang sama seperti saya memberikan mobilku padamu karena kamu tidak punya. Sang Buddha menyatakan bahwa siapapun yang menciptakan sebab akan mengalami akibat. Saya tidak dapat menciptakan sebab dan kamu yang mengalami hasilnya, karena jejak atau benih perbuatan telah tertanam dalam rangkaian mentalku, bukan kamu. Jadi bila almarhum tidak menciptakan perbuatan positif ketika masih hidup, kita tidak dapat menciptakan karma baik dan kemudian memberikan karma baik kita agar ia alami.

Namun demikian, doa dan persembahan kita atas nama almarhum dapat menciptakan keadaan yang diperlukan sehingga perbuatan positif yang mereka lakukan dapat berbuah. Ketika benih ditanamkan ke lahan, ia butuh kondisi penunjang yaitu cahaya matahari, air dan pupuk untuk tumbuh. Seperti halnya benih dari perbuatan seseorang akan masak ketika semua kondisi yang menunjang hadir. Jika almarhum telah melakukan perbuatan baik pada saat ia hidup, maka potensi positif tambahan yang kita ciptakan dengan melakukan persembahan atau melakukan perbuatan bajik - melafalkan dan membaca naskah Dharma, membuat patung Buddha, menyebarkan cinta kasih dan welas asih pada semua mahluk, dan seterusnya - dapat membantu mereka. Kita mendedikasikan potensi positif dari perbuatan tersebut agar bermanfaat bagi almarhum, dan ini dapat membantu benih baiknya masak.

Apa itu nilai kebajikan? Apakah tidak mementingkan diri sendiri melakukan perbuatan baik untuk mendapat nilai kebajikan, seperti uang spiritual saja?

"Nilai kebajikan" (merit) adalah kata dalam bahasa Inggris yang tidak memberikan pengertian tepat. Ini seperti mendapat bintang emas di sekolah karena kamu pintar, dan ini tidak berarti demikian dalam hal ini. Pertama-tama, tidak ada yang menghadiahkan pada kita. Ketika kita melakukan perbuatan baik, hal itu meninggalkan jejak atau benih pada rangkaian mental kita, dan ketika kondisi penunjang yang diperlukan muncul, maka akan berbuah. Bukan benih atau jejak dalam arti fisik, namun yang tidak tampak, sebuah potensi positif.

Tiada manfaatnya menggenggam potensi positif layaknya uang spiritual. Bila demikian, kita mungkin akan bertengkar dengan orang yang duluan melakukan persembahan atau menjadi cemburu pada yang lain karena mereka lebih banyak melakukan perbuatan bajik. Sikap seperti ini jelas tidak begitu manfaat! Memang baik kita mengambil manfaat dari kesempatan menciptakan potensi positif, kita seharusnya melakukannya untuk meningkatkan diri, untuk menciptakan sebab bagi kebahagiaan dan membantu mahluk lain, bukan untuk kemelekatan atau kecemburuan.

Mengapa potensi positif harus didedikasikan? Untuk siapa seharusnya didedikasikan?

Adalah penting untuk mendedikasikan potensi positif kita sehingga ia tidak hancur oleh amarah atau pandangan salah kita. Seperti roda kemudi yang menuntun kemana mobil pergi, dedikasi akan menuntun bagaimana potensi positif kita matang. Paling baik adalah mendedikasikan pada tujuan yang luas dan mulia. Jika kita melakukannya, semua hasil kecil dengan sendirinya datang. Jika kita bertujuan pergi ke London, kita akan melewati Delhi dan Kuwait sepanjang jalan, kita tidak butuh tiket khusus ke sana. Sama halnya, jika kita dedikasikan potensi positif kita, betapapun kecilnya, menuju kebahagiaan sejati dan pencerahan semua mahluk, ini otomatis termasuk mendedikasikan kelahiran baik dan kebahagiaan keluarga dan teman.

Beberapa orang berpikir, "Saya memiliki begitu sedikit potensi positif, jika saya dedikasikan untuk kebahagiaan setiap orang, maka tidak ada yang tersisa untukku sendiri." Ini tidak benar. Dengan mendedikasikan potensi positif kita pada mahluk lain, tidak berarti kita kekurangan untuk diri sendiri. Kita tidak akan menjadi miskin dengan berbagi hasil baik dari perbuatan kita pada mahluk lain. Ketika mendedikasikan potensi positif kita untuk manfaat semua mahluk, kita masih dapat mendoakan sesuatu, untuk kebahagian orang tertentu yang sedang mengalami kesulitan saat itu.

KELAHIRAN KEMBALI vs PENCIPTAAN

Apa itu kelahiran kembali?

Kelahiran kembali berkaitan dengan batin seseorang yang mengambil tubuh yang baru. Tubuh dan batin kita adalah dua hal terpisah: tubuh adalah zat dan terbuat dari atom. Batin berarti semua pengalaman emosi dan pencerapan kita, dan tidak berbentuk. Ketika tubuh dan batin bersatu, kita hidup, saat kematian, keduanya terpisah. Tubuh menjadi mayat, dan batin berlanjut dengan menempati tubuh lain.

Bagaimana batin kita mulai? Siapa atau apa yang menciptakannya?

Tiap kejadian dari batin adalah kelanjutan dari kejadian sebelumnya: siapa kita dan apa yang kita pikirkan dan rasakan tergantung dari siapa kita kemarin. Batin kita sekarang adalah kelanjutan dari batin kita kemarin. Itulah sebabnya kita dapat mengingat apa yang terjadi pada kita di masa lalu. Satu kejadian dari batin kita disebabkan oleh kejadian sebelumnya dari batin kita. Kelanjutan ini dapat dilacak balik saat kita kecil dan bahkan ke batin kita ketika kita berupa janin di rahim ibu. Bahkan sebelum jadi janin pun, arus batin kita ada: saat sebelumnya bergabung dengan tubuh lain.

Tiada permulaan untuk batin kita. Siapa yang bilang kalau harus ada permulaan? Kelanjutan batin kita tidak terbatas. Ini mungkin konsep yang sulit dimengerti awalnya, namun bila kita gunakan contoh garis bilangan, maka konsep ini lebih mudah. Dari posisi"0", melihat ke kiri, tidak ada bilangan negatif pertama, dan melihat ke kanan tidak ada bilangan terakhir yang tertinggi. Satu yang lebih selalu dapat ditambahkan. Dalam cara yang sama, arus batin kita tiada berawal dan tiada berakhir. Kita semua memiliki jumlah tidak terbatas akan kelahiran masa lalu, dan batin kita akan terus berlanjut tidak terbatas. Tetapi, dengan menyucikan arus batin kita, kita dapat membuat keberadaan kita yang akan datang lebih baik daripada sekarang.

Sesungguhnya, sangat tidak mungkin bagi arus batin kita untuk berawal. Oleh karena tiap kejadian dari batin disebabkan oleh kejadian sebelumnya, jika ada permulaan, maka dapat berarti bahwa kejadian pertama dari batin tidak memiliki penyebab atau disebabkan oleh sesuatu yang lain di luar kejadian sebelumnya dari batin. Kedua alternatif tersebut adalah tidak mungkin, batin hanya dapat diproduksi oleh kejadian sebelumnya dari batin dalam rangkaian yang sama.

Apa yang menghubungkan kehidupan seseorang dengan yang akan datang? Apakah ada roh, atma, aku, atau pribadi nyata yang pergi dari satu kehidupan ke yang lain?

Batin kita memiliki tingkatan kasar dan halus. Rasa kesadaran yang melihat, mendengar, membaui, mencicipi, merasakan sensasi sentuhan, dan kesadaran mental yang kasar, yang selalu sibuk memikirkan ini dan itu, berfungsi sangat aktif ketika kita hidup. Pada saat kematian, mereka berhenti berfungsi dan terserap ke dalam kesadaran mental yang halus. Batin halus ini menunjang benih perbuatan yang telah kita lakukan. Adalah batin halus ini meninggalkan tubuh, masuk ke alam antara (alam bardo) dan akhirnya terlahir kembali di tubuh lain saat "konsepsi", kesadaran indera kasar dan kesadaran mental kasar muncul lagi, dan orang ini melihat, mendengar, berpikir, dll. Batin halus ini, yang pergi dari satu kehidupan ke yang akan datang, adalah fenomena yang berubah terus menerus. Untuk alasan ini, tiada roh, atma, aku, atau pribadi nyata, maka dari itu Sang Buddha mengajarkan doktrin ketanpaakuan.

Bagaimana dunia tercipta?

Sesuatu yang tercipta timbul dari sebab yang mampu memproduksinya. Sesuatu tidak dapat diciptakan dari ketiadaan. Bentuk fisik dunia diproduksi oleh kejadian sebelumnya. Ilmu pengetahuan sedang meneliti ini. Mereka mungkin menemukan bahwa pada awalnya alam semesta kita, ada elemen fisik yang halus yang mana dari itu alam semesta tercipta. Elemen-elemen fisik halus ini, pada gilirannya, adalah kelanjutan dari alam semesta yang muncul sebelum kita. Jadi, kita dapat melacak (kilas balik) kelanjutan dari bentuk ini secara tidak terbatas.

Mengapa kita tidak dapat mengingat kehidupan kita di masa lampau?

Saat ini, batin kita dikaburkan oleh ketidaktahuan, membuat kita sulit mengingat masa lampau. Juga, banyak perubahan terjadi dalam tubuh dan batin kita saat kita meninggal dan lahir kembali, membuat pengingatan kembali menjadi sulit. Tetapi, kenyataan bahwa kita tidak bisa mengingat sesuatu, bukan berarti hal itu tidak ada. Terkadang kita bahkan tidak dapat mengingat dimana kita meletakkan kunci mobil kita! Tidak dapat pula kita mengingat makan malam kita sebulan yang lalu!

Ada orang-orang yang dapat mengingat kehidupan lampaunya. Dalam masyarakat Tibet, ada sistem pengenalan reinkarnasi dari guru dengan realisasi yang tinggi. Kerap kali, sebagai anak kecil, orang-orang ini akan mengenal teman atau barang miliknya di kehidupan sebelumnya. Beberapa orang biasa juga dapat mengingat masa lalunya, mungkin melalui meditasi atau hipnotis.

Apakah penting mengetahui bagaimana kehidupan kita di masa lalu?

Tidak. Yang penting adalah bagaimana kita hidup sekarang. Mengetahui bagaimana kita di masa lalu hanya berguna jika hal itu membantu kita membangkitkan kebulatan tekad yang kuat untuk menghindari perbuatan negatif dan keluar dari perputaran roda samsara. Mencoba mencari tahu siapa kita di masa lalu hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu tidaklah berguna. Hal itu bahkan dapat mendorong kesombongan kita: "Wah saya dulu seorang raja. Saya terkenal dan berbakat. Saya Einstein!" Lalu apa?! Sebenarnya, kita telah pernah menjadi apa saja dan melakukan apa saja di masa lalu di alam samsara ini. Yang penting sekarang adalah kita menyucikan potensi negatif yang kita ciptakan sebelumnya, menghindari menciptakannya lagi, dan mengeluarkan energi untuk menghimpun potensi positif dan mengembangkan kualitas baik kita.

Ada pepatah Tibet: "Jika kamu ingin tahu kehidupanmu yang lalu, lihatlah tubuhmu sekarang. Jika kamu ingin tahu kehidupanmu di masa mendatang, lihatlah batinmu saat ini." Kita menerima kelahiran kembali sekarang sebagai hasil dari perbuatan masa lalu kita. Terlahir sebagai manusia adalah keberuntungan dan penyebabnya diciptakan oleh kita yang menjaga moral dengan baik di masa lalu. Di sisi lain, kelahiran kita mendatang ditentukan oleh perbuatan yang kita lakukan sekarang, dan batinlah yang memotivasi perbuatan kita lainnya. Jadi, dengan melihat sikap kita sekarang dan meneliti apakah bajik atau non-bajik, kita dapat berkesimpulan kelahiran kita nanti seperti apa. Kita tidak perlu pergi ke peramal untuk bertanya jadi apa kita nanti: sederhana saja kita melihat jejak yang kita tinggalkan dalam rangkaian mental oleh perbuatan yang kita lakukan sekarang.

 

KARMA: FUNGSI DARI SEBAB & AKIBAT

Apa itu karma? Bagaimana karma bekerja?

Karma berarti perbuatan, dan merujuk pada perbuatan yang kita lakukan melalui tubuh, ucapan, dan batin kita. Perbuatan ini meninggalkan jejak atau benih dalam rangkaian mental kita, yang masak ke dalam pengalaman kita ketika kondisi yang tepat datang bersamaan. Benih dari perbuatan kita mengikuti kita dari kehidupan yang satu ke kehidupan yang seterusnya tanpa pernah lepas. Namun, bila kita tidak menciptakan sebab atau karma sesuatu, maka kita tidak menerima hasilnya: jika petani tidak menanam bibit, tiada yang tumbuh. Jika satu perbuatan membawa penderitaan dan kesengsaraan, ia disebut negatif, destruktif, atau non-bajik. Jika perbuatan membawa kebahagiaan maka ia disebut positif, konstruktif, atau bajik. Perbuatan tidak dengan sendirinya baik atau buruk tetapi disebut demikian dilihat dari hasil yang ditimbulkannya.

Fungsi sebab akibat dalam rangkaian mental kita adalah ilmiah. Semua hasil datang dari sebab yang memiliki kemampuan untuk menghasilkannya. Jika anda tanam bibit apel, sebuah pohon apel akan tumbuh, bukan cabe. Jika bibit cabe yang ditanam, cabe akan tumbuh, bukan apel. Dalam cara yang sama jika kita lakukan perbuatan positif, kebahagiaan akan terjadi; jika perbuatan negatif dilakukan, masalah akan muncul. Apapun kebahagiaan dan nasib baik yang kita alami dalam kehidupan kita datang dari perbuatan positif kita. Semua masalah kita datang dari perbuatan destruktif.

Apakah karma atau hukum sebab akibat adalah sistem hukuman dan hadiah? Apakah Sang Buddha menciptakan atau menemukan hukum sebab akibat ini?

Tentu tidak. Tidak ada orang yang memberi hadiah dan hukuman. Kita menciptakan sebab dengan perbuatan kita dan mengalami hasilnya. Kita bertanggung jawab untuk pengalaman kita sendiri. Tidak pula Sang Buddha menciptakan sistem sebab akibat ini, sebagaimana halnya Newton tidak menciptakan gravitasi. Sang Buddha hanya menggambarkan apa yang ia lihat melalui kekuatan batin maha tahuNya menjadi proses alami sebab akibat apa yang terjadi dalam rangkaian mental mahluk hidup. Dengan melakukan ini, ia menunjukkan bagaimana cara terbaik bekerja dalam hukum sebab akibat untuk meraih kebahagiaan yang kita inginkan dan menghindari penderitaan yang tidak kita sukai.

Konsep salah bahwa kebahagiaan dan penderitaan adalah hadiah dan hukuman mungkin datang dari kesalahan terjemahan kitab Buddhis ke dalam bahasa Inggris. Saya telah melihat beberapa teks diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menggunakan istilah dari agama lain. Ini salah arah. Istilah seperti (heaven) "surga," (hell) "neraka," (sin) "dosa," (punishment) "hukuman," (judgement) "peradilan," dan lainnya tidak sepenuhnya menjelaskan konsep Buddhis. Kata yang tepat dalam bahasa Inggris yang mencakup pengertian dari ajaran Buddha seharusnya digunakan.

Apakah hukum sebab akibat hanya berlaku bagi orang yang mempercayainya?

Tidak. Sebab dan akibat berfungsi tidak peduli kita menerimanya atau tidak. Perbuatan positif menghasilkan kebahagiaan dan perbuatan destruktif menghasilkan penderitaan apakah kita percaya atau tidak. Jika sebutir buah jatuh dari pohon, ia jatuh ke bawah meski kita percaya ia akan ke atas. Sangat ajaib bila yang kita butuhkan untuk menghindari hasil perbuatan kita adalah dengan tidak mempercayai hasil itu akan datang! Maka kita dapat makan semua yang kita mau dan tidak pernah gemuk! Seseorang yang tidak percaya pada kehidupan lampau dan sebab akibat dapat mengalami kebahagiaan sebagai hasil dari perbuatannya di masa lalu. Dengan menolak keberadaan hukum sebab akibat, dan seterusnya tidak berusaha untuk mempraktikkan perbuatan konstruktif dan menghindari perbuatan destruktif, orang itu menciptakan sedikit potensi positif dan secara ceroboh menciptakan perbuatan negatif. Di sisi lain, orang yang mengetahui sebab dan akibat akan berusaha dengan penuh kewaspadaan apa yang mereka pikirkan, ucapkan, dan lakukan untuk menghindari menyakiti mahluk lain dan menghindari meninggalkan jejak buruk dalam rangkaian mental mereka.

Mengapa ada beberapa orang yang melakukan perbuatan negatif sukses dan terlihat bahagia? Mengapa beberapa orang yang tidak percaya fungsi sebab dan akibat memiliki kehidupan yang baik?

Ketika kita melihat orang yang tidak jujur memiliki kekayaan, atau orang kejam menerima hormat dan kekuasaan, atau orang baik dirampok atau mati muda, kita mungkin meragukan hukum sebab akibat. Ini karena kita hanya melihat apa yang terjadi dalam periode kehidupan singkat ini. Banyak hasil yang kita alami dalam kehidupan ini hasil dari perbuatan di masa lalu, dan banyak perbuatan yang kita lakukan saat ini akan masak hanya di kehidupan mendatang. Kekayaan orang tidak jujur adalah hasil kedermawanannya dalam kehidupan terdahulu. Ketidakjujuran mereka sekarang meninggalkan benih karma bagi mereka untuk dicurangi dan mengalami kemiskinan di kehidupan mendatang. Sama halnya, kehormatan dan wewenang bagi orang kejam didasarkan pada perbuatan baik yang mereka lakukan di masa lalu. Saat ini, mereka menyalahgunakan kekuasaan, sehingga menciptakan sebab bagi penderitaan yang akan datang. Orang baik yang mati muda mengalami hasil dari perbuatan negatif seperti pembunuhan di kehidupan lalu. Namun, kebaikan mereka sekarang menanam benih atau jejak dalam rangkaian mental untuk kebahagiaan mereka di masa mendatang.

Cara yang pasti perbuatan khusus mana yang matang dan perbuatan tertentu apa yang kita lakukan di masa lalu yang membawa hasil khusus di kehidupan sekarang hanya dapat diketahui secara lengkap oleh batin maha tahu Buddha. Apa yang tercantum di sutra dan tantra mengenai perbuatan tertentu menghasilkan hasil tertentu adalah pedoman umum. Namun, dalam situasi khusus, hal ini bisa beragam sedikit tergantung sebab dan kondisi lainnya. Perbuatan destruktif membawa penderitaan dan perbuatan konstruktif membawa kebahagiaan tidak berubah. Tetapi dalam situasi tertentu dari individu, perbuatan negatif misalnya pembunuhan dapat matang di salah satu kelahiran di alam kehidupan yang rendah. Ini tergantung pada banyak faktor yang dapat membuat perbuatan ini berat atau ringan, seperti halnya kondisi yang ada saat itu ketika bibit karma matang.

Apakah kita mengalami hasil dari semua perbuatan kita?

Ketika bibit, meski kecil, ditanam dalam tanah, bibit akan tumbuh: demikianlah, bibit tidak tumbuh bila tidak menerima kondisi seperti air, cahaya matahari, dan pupuk yang diperlukan bagi pertumbuhan mereka, atau jika ia dibakar atau ditarik keluar dari tanah. Jalan satu-satunya menumbangkan jejak atau bibit karma adalah dengan meditasi pada kekosongan pada keberadaan yang berdiri sendiri. Ini jalan menyucikan emosi-emosi pengganggu dan jejak karma selengkapnya. Pada tingkatan kita, ini cukup sulit, tetapi kita masih dapat menghentikan jejak berbahaya masak dengan melakukan penyucian. Ini serupa dengan menahan bibit dari menerima air, cahaya matahari, dan pupuk.

Bagaimana kita menyucikan jejak negatif?

Penyucian dengan bantuan empat kekuatan penawar adalah sangat penting. Ia tidak hanya mencegah penderitaan mendatang, tetapi juga mengurangi perasaan bersalah atau beban berat yang kita alami sekarang. Dengan membersihkan batin kita, kita dapat mengerti Dharma dengan lebih baik, dan kita menjadi lebih damai dan berkonsentrasi lebih baik. Empat kekuatan penawar digunakan untuk menyucikan jejak atau bibit negatif adalah:

1. penyesalan

2. kebulatan tekad untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi

3. mengambil perlindungan dan membangkitkan sikap

mementingkan orang lain

4. praktik perbaikan yang nyata

Pertama, kita mengakui dan menyesal melakukan perbuatan destruktif. Penyalahan diri dan rasa bersalah tidak cukup berguna dan hanya menganiaya diri sendiri secara emosi. Dengan penyesalan yang tulus, di sisi lain, kita mengakui telah membuat kesalahan dan menyesal melakukannya.

Kedua, kita berbulat tekad tidak melakukan perbuatan itu lagi. Jika perbuatan itu biasa dan sering kali kita lakukan, seperti mengkritik orang lain, munafik berkata kita tidak akan pernah melakukannya lagi seumur hidup. Lebih baik memilih jumlah waktu yang realistik dan bertekad kita akan mencoba tidak mengulangi perbuatan itu, tetapi terutama lebih waspada dan berusaha selama batas waktu tersebut.

Kekuatan ketiga adalah perlindungan. Perbuatan destruktif kita secara umum berhubungan dengan objek suci seperti Buddha, Dharma, dan Sangha, atau mahluk lain. Untuk membangun kembali hubungan baik dengan mahluk suci kita bertumpu pada mereka dengan mengambil perlindungan atau mencari arahan dari mereka. Untuk memiliki hubungan baik dengan mahluk lain kita membangkitkan sikap mementingkan orang lain sehingga kita dedikasikan hati kita menjadi Buddha agar dapat bermanfaat bagi mereka dengan cara terbaik.

Elemen keempat adalah melakukan perbuatan perbaikan. Ini bisa apapun perbuatan baik: mendengarkan ceramah, membaca buku Dharma, bersujud, melakukan persembahan, melafal nama para Buddha, membaca mantra, membuat patung atau gambar Buddha, menerbitkan buku Dharma, meditasi, dan lain-lain. Perbuatan perbaikan yang paling kuat adalah meditasi atas kekosongan.

Empat kekuatan penawar ini harus dilakukan berulang kali. Kita telah melakukan perbuatan negatif banyak kali, jadi wajar kita tidak berharap melawan mereka seketika. Semakin kuat empat kekuatan penawar – semakin kuat penyesalan kita, semakin teguh kebulatan tekad kita untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi, dan seterusnya – semakin kuatlah penyucian itu. Sangat baik melakukan penyucian dengan empat kekuatan penawar itu tiap malam menjelang tidur guna melawan perbuatan destruktif yang kita lakukan sepanjang hari.

Jika orang menderita karena perbuatan negatif mereka sendiri, apakah hal ini berarti bahwa kita tidak dapat atau tidak seharusnya melakukan apapun untuk membantu mereka?

Tidak sepenuhnya demikian! Kita tahu bagaimana rasanya kesengsaraan, dan apa yang pasti orang lain rasakan karena mengalami akibat perbuatan destruktif mereka. Dengan empati dan welas asih, kita seharusnya membantu! Kesulitan orang itu disebabkan oleh perbuatannya sendiri, tapi tidak berarti kita diam saja dan santai berkata, "Oh, malangnya. Kasihan deh lu. Kamu seharusnya tidak lakukan perbuatan non-bajik itu."

Jangan memikirkan karma dengan cara kaku. Ya, orang itu menciptakan sebab mengalami kesulitan oleh perbuatannya sendiri, namun demikian ia juga mungkin menciptakan sebab menerima bantuan kita! Tetapi lebih dari itu, kita semua tahu apa yang akan kita rasakan bila berada dalam situasi mengerikan tersebut. Kita semua sama-sama menginginkan kebahagiaan dan tidak menginginkan penderitaan. Tidak jadi masalah penderitaan atau masalah siapa, penderitaan harus dihilangkan. Berpikir, "orang miskin jadi miskin karena kepelitan masa lalu mereka. Saya akan mencampuri proses alamiah sebab akibat jika coba membantu," adalah konsep yang salah sepenuhnya. Kita tidak seharusnya mencoba mencari alasan kemalasan atau kelesuan atau kemelekatan kita pada posisi lebih superior dengan salah menginterpretasikan sebab dan akibat. Perasaan welas asih dan tanggung jawab universal penting bagi pengembangan spiritual kita sendiri dan bagi perdamaian dunia.

 

KETIDAKKEKALAN & PENDERITAAN

Dalam Buddhisme, ada penekanan yang besar pada ketidakkekalan, kematian, dan penderitaan. Tidakkah itu pendekatan untuk kehidupan yang tidak sehat?

Tujuan merenungkan ketidakkekalan, kematian, dan penderitaan bukanlah agar kita menjadi tertekan dan kesenangan diambil dalam hidup. Tujuannya untuk membersihkan diri kita dari kemelekatan dan harapan yang salah. Jika kita merenungkan hal-hal ini sehingga kita takut atau tertekan, maka kita merenungkan tidak di jalan yang tepat. Malah, topik ini seharusnya menenangkan batin kita dan lebih jelas karena kebingungan yang disebabkan kemelekatan telah dihentikan.

Saat ini, batin kita mudah dibanjiri oleh proyeksi salah kemelekatan. Kita melihat orang dan objek dengan cara yang tidak realistik. Benda yang berubah dari waktu ke waktu tampak di depan kita secara tetap dan tidak berubah. Itu sebabnya kita kesal kalau barang kita hancur. Kita mungkin berkata, "segala sesuatu tidak kekal adanya," namun kata-kata kita tidak konsisten dengan pandangan diri bahwa tubuh kita dan lainnya sebagai fenomena yang tidak berubah. Konsep tidak realistik kita menyebabkan penderitaan, karena kita memiliki harapan akan barang dan orang yang tidak dapat terpenuhi. Orang yang kita cintai tidak dapat hidup selamanya; hubungan tidaklah sama pada akhirnya; mobil baru tidak akan selalu model mengkilap layaknya baru keluar dari ruang pamer. Jadi, kita terus-menerus kecewa ketika harus berpisah dengan barang yang kita cintai, ketika barang milik kita pecah, ketika tubuh kita menjadi lemah atau berkeriput. Jika kita memiliki pandangan lebih realistik dari hal-hal ini sejak awal dan menerima ketidakkekalan mereka – tidak hanya dari mulut melainkan dari hati kita – maka kekecewaan semacam itu tidak datang.

Merenungi ketidakkekalan dan kematian juga mengurangi kekhawatiran yang tidak berguna yang mengganggu kita dan mencegah kita bahagia dan tenang. Biasanya, kita menjadi sangat kesal ketika dikritik atau dihina. Kita marah ketika milik kita dicuri; kita cemburu bila orang lain mendapat promosi yang kita inginkan; kita bangga akan penampilan kita atau kemampuan atletik kita. Semua sikap ini adalah emosi-emosi pengganggu yang meninggalkan jejak buruk bagi rangkaian mental kita yang membawa masalah bagi kita di kehidupan mendatang. Bahkan dalam kehidupan sekarang kita tidak bahagia. Namun, bila kita renungkan betapa tidak kekalnya barang ini, jika kita ingat bahwa hidup kita pada akhirnya akan berakhir dan tidak ada barang apapun yang menemani kita saat kematian, maka kita berhenti membesar-besarkan pentingnya mereka sekarang. Mereka berhenti menjadi masalah bagi kita.

Ini tidak berarti kita jadi tidak peduli pada orang dan barang sekeliling kita. Sebaliknya, dengan mengurangi konsep salah akan kekekalan yang timbul tergantung pada konsep salah tersebut, batin kita menjadi lebih jernih dan lebih dapat menikmati barang sesuai apa adanya. Kita lebih hidup saat ini, menghargai barang saat ini, tanpa khayalan tentang jadi apa barang itu nanti. Kita sedikit khawatir pada hal kecil dan sedikit terkacaukan saat kita duduk bermeditasi. Kita menjadi lebih sedikit sensitif- ego pada tiap perbuatan yang orang lain lakukan pada kita. Dengan memikirkan dengan sungguh-sungguh ketidakkekalan dan penderitaan, kita dapat berurusan lebih baik dengan perpisahan dan kesukaran saat mereka muncul, dan menyadari bahwa kita masih di dalam perputaran roda samsara. Singkatnya, dengan merenungkan secara benar kenyataan ini, mental kita jadi lebih sehat.

Mengapa ada penderitaan? Bagaimana menghentikan penderitaan?

Penderitaan muncul karena sebab untuk itu hadir: emosi-emosi pengganggu – ketidaktahuan, kemelekatan, kebencian, dsb – dan perbuatan yang kita lakukan dimotivasi oleh "kesalahan konsep" seperti membunuh, mencuri, berbohong, dan seterusnya. Dengan mengembangkan kebijaksanaan merealisasi ketanpaakuan, kita menghentikan sebab dari masalah kita. Kemudian hasil yang penuh kesengsaraan tidak mengikuti, dan malahan, kita dapat tinggal di alam kebahagiaan tanpa akhir atau nirvana. Sementara itu, sebelum kita membangkitkan kebijaksanaan, kita dapat melakukan praktik penyucian dalam rangka mencegah perbuatan destruktif yang ditimbulkan sebelumnya membawa hasilnya.

Sang Buddha juga mengajarkan banyak cara lain berpikir untuk mentransformasi keadaan sulit menuju jalan mencapai pencerahan. Kita dapat belajar tentang ini dan mempraktikkannya mana kala kita punya masalah.

Apakah kita harus menderita agar mencapai pembebasan (nirvana)?

Mempraktikkan ajaran Buddha membawa kebahagiaan dan bukan kesengsaraan. Jalan spiritual tidaklah menyengsarakan. Tidak ada kebajikan khusus dalam penderitaan. Kita telah cukup memiliki masalah, jadi tidak ada alasan untuk kita lebih menderita atas nama mempraktikkan agama. Namun, tidaklah berarti saat kita berusaha keras mempraktikkan Dharma kita tidak akan memiliki masalah. Untuk sementara kita berada pada jalan, perbuatan destruktif yang ditimbulkan sebelumnya yang belum disucikan dapat matang dan membawa masalah. Jika dan ketika ini terjadi, kita harus menggunakan situasi itu untuk memberi energi bagi kita untuk praktik lebih baik agar mencapai alam di atas penderitaan, alam kebahagiaan tanpa akhir.

 

KEMATIAN

Bagaimana cara terbaik menolong orang yang sekarat atau mati?

Ketika seseorang sedang sekarat, paling baik adalah lingkungan sekitarnya menjadi tenang. Tenangkan ia bahwa semua urusan dunianya akan diperhatikan setelah ia meninggal. Tidak ada lagi yang perlu diperhatikan tentang siapa yang membayar tagihan atau siapa yang mengurus anak-anak. Lebih baik berkonsentrasi meninggalkan kehidupan ini dalam damai, tanpa ketakutan atau kekhawatiran. Jangan ganggu orang itu dengan menanyakan, "Siapa yang mewarisi perhiasanmu?" "Kamu punya uang yang disembunyikan?" "Bagaimana saya bisa bertahan tanpamu?" Motivasi kita adalah membantu orang yang sekarat, bukan memberinya tambahan masalah!

Sulit untuk meninggal dalam damai bila seluruh keluarga di ruangan menangis, meratap, dan menggenggam tangan orang itu, dan berkata, "Tolong jangan meninggal. Saya mencintaimu. Bagaimana kamu bisa meninggalkanku seorang diri?" Kita mungkin berpikir bahwa kita menyatakan cinta dan perhatian dengan tampilan emosional, tetapi sesungguhnya, hanya batin keakuan kita meratapi karena kita kehilangan orang yang kita perhatikan. Jika kita sebenarnya memberi perhatian kepada orang sekarat lebih daripada kita sendiri, kita akan mencoba membuat lingkungan tenang dan nyaman. Kita coba merasakan permintaan dan kebutuhan orang lain, bukan kebutuhan sendiri.

Berbahaya untuk meninggal dalam kemarahan atau kemelekatan, keirihatian, atau kesombongan sebagai pikiran terakhir seseorang. Untuk alasan inilah kita mencoba membuat lingkungan sekitarnya tanpa suara dan tenang dan mendorong orang itu membangkitkan pikiran positif. Bila orang itu Buddhis, kita berbicara tentang Buddha, Dharma, dan Sangha. Katakan padanya untuk mengingat guru spiritualnya dan Sang Buddha. Kita dapat memperlihatkan padanya gambar Buddha atau melafalkan doa dan mantra dalam ruangan. Sebelum kematian benar-benar terjadi, bila kita bisa menuntun orang itu membuat pengakuan dan menyucikan perbuatan buruk, ini sangat bermanfaat. Doronglah ia untuk mendoakan kelahiran kembali yang baik, untuk bertemu dengan ajaran dan guru mulia dan membuat hidup bermanfaat bagi mahluk lain.

Di sisi lain, jika orang itu menganut kepercayaan lain, di saat kematian menjelang, tidaklah bijaksana memaksakan kepercayaan kita padanya. Ini dapat membingungkan. Yang terbaik adalah berbicara menurut kepercayaan orang itu dan mendorong bangkitnya batin positif.

Apakah melafalkan sutra bagi yang meninggal menolong? Apa lagi yang dapat dilakukan untuk mereka?

Setelah kematian, melafalkan sutra dan melakukan praktik Buddhis lainnya dapat membantu menyediakan kondisi yang menunjang bagi potensi positif orang itu sendiri untuk masak. Orang itu telah meninggalkan tubuh dan tidak mendengar sutra melalui telinganya. Namun demikian, dengan kekuatan dedikasi, penciptaan potensi positif dapat membantu. Juga tiap minggu selama tujuh minggu setelah kematian, sangat membantu untuk melafalkan sutra. Ini karena bila orang itu belum menemukan tubuh kasar untuk terlahir kembali, ia masih berada di alam antara (alam bardo), alam diantara matinya tubuh kasar dan pengambilan tubuh kasar lainnya. Potensi positif yang kita buat dan dedikasikan bagi almarhum dapat membantunya terlahir di alam yang baik. Namun, jangan berpikir, "Saya akan minta Bhikkhu dan Bhikkuni melaksanakan pelafalan sutra sedangkan saya pergi main mayong". Kita memiliki hubungan karma dengan almarhum, jadi doa kita dan perbuatan bajik kita yang kita dedikasikan pada orang itu adalah penting juga.

Adalah baik memberikan barang milik almarhum pada yang lain sebagai jalan melakukan kedermawanan dan menghimpun potensi positif. Mempersembahkan pada objek suci - Buddha, Dharma, Sangha - dan kepada orang yang membutuhkan - orang miskin dan sakit - juga bermanfaat. Potensi positif dari ini kemudian didedikasikan untuk manfaat semua mahluk dan khususnya orang itu.

Apakah perlu meletakkan makanan bagi almarhum? Bagaimana dengan membakar kertas uang dan seterusnya bagi mereka?

Setelah batin orang meninggalkan badan kasar, ia memasuki alam antara sebelum memasuki badan kasar lain. Tergantung pada kondisi, seseorang dapat berada di alam antara ini hanya beberapa saat, atau hidup paling lama empat puluh sembilan hari. Dikatakan bahwa mahluk di alam antara bertahan dengan "memakan" bau-bauan, jadi meletakkan makanan mungkin membantu. Menurut perbuatannya terdahulu, orang ini terlahir di alam bahagia atau menderita. Bila sanak kita telah terlahir sebagai dewa, manusia, binatang atau kehidupan lain, makanan yang disajikan tidak menjangkaunya, dan lebih lagi, ada makanan tersedia di alam kehidupannya. Bila ia terlahir sebagai hantu kelaparan, ada mantra tertentu diucapkan pada makanan, yang dapat mengurangi kekaburan karma dari hantu lapar dalam menemukan makanan.

Membakar mobil atau pakaian kertas atau uang kertas tidak memberikan almarhum barang-barang ini di kelahirannya mendatang. Tidak ada perlunya membakar barang-barang ini. Tradisi melakukan ini adalah kebudayaan Cina kuno, bukan praktik yang diajarkan oleh Sang Buddha. Jika kita benar-benar ingin membantu keluarga dan teman memiliki kekayaan di kehidupannya yang akan datang, kita seharusnya mendorong mereka melakukan persembahan dan menjadi dermawan saat mereka hidup. Sang Buddha berkata bahwa kedermawanan adalah sebab dari kekayaan, bukannya membakar kertas.

Kadang-kadang, kita menasehati keluarga kita, "Jangan memberikan terlalu banyak, maka keluarga kita akan kekurangan". Dengan mendorong agar mereka pelit saat hidup, kita menyebabkan mereka menanam bibit dalam arus batin mereka menjadi miskin di kehidupan berikutnya. Juga kita menanam bibit yang sama di arus batin kita. Di sisi lain, bila kita dorong mereka untuk jadi dermawan dan menghindari mencuri dan berbuat curang pada yang lain dalam bisnis, maka kita membantu mereka memiliki kekayaan.

Jika kita ingin orang yang kita cintai memiliki kelahiran kembali yang baik, bantuan terbaik yang dapat kita berikan adalah mendorong mereka saat hidup untuk menghindari sepuluh perbuatan buruk dan melatih sepuluh kebajikan yang merupakan lawannya. Kesepuluh perbuatan buruk adalah membunuh, mencuri, tindakan seksual tidak pantas, berbohong, ucapan yang memecah belah, ucapan yang menyakitkan, menggosip, iri atas milik orang lain, keinginan jahat, dan pandangan salah. Malahan, bila kita mendorong mereka untuk berbohong guna melindungi kita atau mencurangi orang lain, kita membantu mereka membuat sebab dari kelahiran di alam menderita. Kita habiskan berjam-jam bergosip, dan mengkritik yang lain, kita hanya mengagalkan tujuan kita sendiri. Oleh karena kita tulus menginginkan mereka bahagia setelah kematian, kita seharusnya membantu mereka meninggalkan perbuatan destruktif dan mempraktikkan perbuatan konstruktif. Kita dapat mendorong (bukan memaksa) mereka untuk mengambil janji pancasila atau bahkan menjadi bhikkhu atau bhikkuni. Hal itu benar-benar bermanfaat untuk kehidupannya mendatang.

KEMELEKATAN, KETIDAKMELEKATAN & KEINGINAN

Apa beda antara memiliki kemelekatan dengan orang dan mencintai orang itu?

Dengan kemelekatan kita menilai berlebihan kualitas orang itu, berpikir bahwa mereka lebih baik dari yang sebenarnya. Juga kita perhatian pada mereka karena mereka menyenangkan kita: mereka memberi kita hadiah, memuji kita, membantu dan mendorong kita, dll. Apa yang umum kita sebut cinta biasanya hanyalah kemelekatan. Dengan kemelekatan, kita tidak melihat orang sebagaimana adanya dan mengembangkan harapan atas mereka: mereka seharusnya seperti ini, mereka seharusnya melakukan itu, dll. Kemudian, ketika mereka tidak seperti yang kita pikirkan, kita terluka, kecewa, dan menyalahkan mereka.

Dengan cinta sejati, kita memberi perhatian pada orang lain dan menginginkan mereka bahagia bukan karena mereka menyenangkan ego dan keinginan kita, tetapi hanya karena mereka ada. Cinta sejati tidak berharap sesuatu sebagai balasan. Kita menerima orang sebagaimana adanya dan masih mencoba membantu mereka, tetapi kita tidak memperhatikan sama sekali bagaimana kita mengambil keuntungan dari hubungan itu. Cinta sejati tidak cemburuan dan memiliki. Lebih dari itu, ia tidak terbatas dan berbagi dengan semua mahluk.

Bila kita tidak melekat, mungkinkah bersama teman dan keluarga kita?

Tentu saja! Ketidakmelekatan tidak berarti penolakan. Dengan ketidakmelekatan, kita tidak lagi memiliki harapan yang tidak realistik terhadap yang lain, tidak pula "memegang erat" pada mereka, berpikir kita akan sengsara ketika mereka tidak ada di sekeliling. Ketidakmelekatan adalah sikap tenang, realistik, terbuka, dan sikap mau menerima. Bukannya bermusuhan, ketakutan dan tidak bergaul. Ketidakmelekatan tidak berarti kita menolak teman dan keluarga kita: ketidakmelekatan berarti kita berhubungan dengan mereka dalam cara yang berbeda. Ketika kita tidak melekat, hubungan kita dengan yang lain harmonis, dan dalam kenyataannya, kita lebih perhatian pada mereka.

Apakah semua keinginan adalah buruk? Bagaimana dengan keinginan mencapai nirvana atau pencerahan?

Kebingungan muncul karena kita menggunakan kata bahasa Inggris "desire" sebagai terjemahan dua kata yang berbeda. Pada kenyataannya, ada perbedaan jenis "desire". Keinginan yang memberi kita masalah adalah yang membesar-besarkan kualitas baik dari sebuah objek, orang atau ide dan "memegang erat" padanya. Keinginan seperti ini adalah sebuah bentuk kemelekatan. Contohnya adalah menjadi secara emosional tergantung pada seseorang, dan "memegang erat" padanya. Sebenarnya, orang lain itu tidaklah seperti pandangan salah kemelekatan kita yang membuatnya terlihat demikian.

Namun keinginan yang memacu kita mempersiapkan kehidupan yang akan datang atau mencapai nirvana atau pencerahan adalah berbeda sama sekali. Di sini kita secara tepat melihat dan mengembangkan aspirasi yang realistik untuk mencapainya. Tidak ada konsep salah yang ikut, tidak pula kita melekat pada hasil yang diinginkan.

Dapatkah seseorang melekat pada Buddhisme? Apa yang seharusnya kita lakukan bila seseorang menyerang kepercayaan kita dan mengkritik Dharma?

Tiap situasi harus dinilai satu per satu. Namun secara umum bila kita merasa, "mereka mengkritik kepercayaanku. Mereka berpikir saya bodoh percaya hal itu," ini artinya kita melekat pada kepercayaan kita. Kita berpikir, "Kepercayaan ini baik karena milikku. Bila seseorang mengkritiknya, mereka mengkritik diriku." Sederhananya ini adalah kemelekatan dan sangat tidak produktif. Sikap seperti ini harus ditinggalkan. Kita bukanlah kepercayaan kita. Bahwa yang lain menantang kepercayaan kita bukan berarti kita bodoh.

Adalah bermanfaat terbuka pada apa yang dikatakan yang lain. Mari tidak melekat atas nama dan label agama kita. Kita mencari kebenaran dan kebahagiaan, ya kan, bukan hanya mempertahankan agama yang kita anut. Sang Buddha sendiri berkata kita seharusnya memeriksa ajarannya dan tidak sekedar percaya secara buta.

Di sisi lain, tidaklah berarti kita otomatis setuju pada apapun kata orang; kita tidak melepas kepercayaan kita dan mengikuti mereka tanpa pandang bulu. Manakala seseorang menanyakan sebuah pertanyaan yang tidak dapat kita jawab, tidaklah berarti ajaran Sang Buddha salah. Ini gampang saja menandakan kita tidak mengetahui jawabannya dan kita butuh belajar dan merenung lagi. Kita seharusnya pergi ke umat Buddha lain yang memiliki pengetahuan atas pertanyaan ini dan berpikir tentang jawaban yang mereka berikan. Ketika orang lain menanyakan kepercayaan kita menunjukkan pada kita apa yang belum kita pahami dengan baik. Ini membuat kita mempelajari Dharma dan memikirkan dengan sungguh-sungguh artinya secara lebih mendalam.

Kita tidak perlu mempertahankan kepercayaan kita pada orang lain. Bila orang itu menanyakan dengan keingintahuan yang tulus untuk mengetahui jawabannya, bila orang itu terbuka batinnya atau tertarik dalam diskusi luas, maka bercerita padanya dapat saling memperkaya pengetahuan. Namun, bila seseorang benar-benar tidak ingin balasan, dan hanya ingin mengaduk-aduk bahasa verbal untuk memusuhi kita atau membuat kita bingung, maka dialog adalah tidak mungkin. Tidak ada gunanya bertahan di hadapan orang seperti ini - kita tidak perlu membuktikan apa-apa pada mereka. Bahkan bila kita membalas pertanyaan dengan pendapat sempurna dan logis, ia tidak mendengarkan karena terbenam dalam konsepnya sendiri. Tiada gunanya terlibat percakapan dengan orang seperti ini. Tanpa bermaksud kasar padanya, kita dapat diam saja sehingga ia tahu kita ingin sendiri.

 

WANITA & DHARMA

Dapatkah pembebasan dan pencerahan dicapai oleh laki-laki dan wanita?

Menurut Vajrayana ya. Dalam Theravada dan umumnya Mahayana, diyakini bahwa meski seseorang dapat meraih pembebasan dengan tubuh wanita, untuk mencapai pencerahan, orang itu harus memiliki tubuh laki-laki di kelahirannya yang terakhir. Namun, menurut praktik tantra, baik laki-laki maupun wanita secara sama dapat mencapai pencerahan. Yang Mulia Dalai Lama berulangkali menekankan hal ini.

Mengapa lebih sedikit wanita menjadi praktisi yang ditahbiskan dan mengapa wanita lebih sedikit dihormati daripada laki-laki?

Pada kebudayaan kebanyakan, kegiatan wanita lebih terbatas dan posisi sosial mereka lebih rendah daripada laki-laki. Jadi pada zaman India kuno, dan maka Sang Buddha mengatur wanita duduk di belakang laki-laki dan dilayani setelah laki-laki. Ini mengenai budaya sosial, dan tidak menunjukkan kecerdasan atau kemampuan wanita, kenyataannya, ketika laki-laki mewakili aspek metode jalan menuju pencerahan, wanita adalah simbol aspek kebijaksanaan!

Dapatkah wanita melakukan persembahan dan doa selama menstruasi? Dapatkah ia meditasi saat itu?

Tentu saja! Dugaan yang mengatakan tidak bisa hanyalah tahyul belaka.

Apakah lebih sulit bagi wanita mempraktikkan Dharma daripada laki-laki?

Itu sepenuhnya tergantung dari individu. Bagi beberapa wanita, siklus menstruasi mereka menyebabkan banyak perubahan emosi. Tapi mereka dapat belajar mengatasinya. Bagaimanapun, laki-laki emosinya dapat berubah-ubah juga! Saya percaya bahwa satu dari hal utama yang menghalangi wanita adalah konsep diri dan kepercayaan diri yang terbatas. Jika kita berpikir kita tidak dapat melakukan sesuatu dengan baik, maka kita bahkan tidak mencoba. Betapa sia-sianya potensi kita sebagai manusia! Sepanjang kita manusia dengan kecerdasan manusia, dan bertemu tidak saja dengan Dharma tetapi juga memiliki semua kondisi yang diperlukan untuk praktik dan mendapatkan realisasi, mari lakukan hal itu!

 

BHIKKHU, BHIKKHUNI & UMAT AWAM

Apa manfaat mengambil penahbisan sebagai seorang bhikkhu atau bhikkhuni? Apakah perlu untuk mempraktikkan Dharma?

Tidak, menjadi seorang bhikkhu atau bhikkhuni tidak diperlukan untuk mempraktikkan Dharma. Mengambil penahbisan adalah pilihan individu yang tiap orang lakukan untuk diri sendiri. Tentu saja, ada banyak manfaat ditahbiskan: hidup dalam aturan, seseorang terus menerus menghimpun potensi positif. Selama orang itu tidak melanggar sila, saat tidur pun, ia memperkaya rangkaian mentalnya dengan potensi positif. Seseorang juga punya lebih banyak waktu dan sedikit gangguan untuk praktik. Dengan kewajiban keluarga, banyak waktu dan energi terbuang menjaga keluarga. Anak-anak butuh perhatian, dan sulit untuk meditasi jika mereka bermain atau menangis di dekat kita. Seseorang melihat ini sebagai rintangan dan siapa yang ingin menenangkan batin dan menghimpun potensi positif, dapat memutuskan untuk mengambil penahbisan agar memilki situasi yang lebih baik untuk praktik.

Bagaimana umat awam dapat mempraktikkan Dharma?

Yang ingin menjadi umat Buddha biasa dapat mempraktikkan Dharma dengan baik dengan menaklukkan batinnya. Tidak ada gunanya memandang rendah potensi seseorang dan berpikir, "saya umat awam, mendengarkan ceramah, melafalkan sutra dan bermeditasi adalah pekerjaan para bhikkhu dan bhikkhuni. Hal itu bukan pekerjaan saya. Saya cukup pergi ke vihara, bersujud, melakukan persembahan dan berdoa untuk kesejahteraan keluargaku." Kegiatan ini bagus, tetapi umat awam dapat menjalani kehidupan spritual yang lebih kaya, baik dalam hal pengetahuan Buddhisme maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sangat penting bagi umat awam menghadiri ceramah Dharma dan mengikuti serangkaian pengajaran. Dengan melakukan ini, umat awam akan memahami kebenaran sejati dan indahnya Dharma. Bila tidak mereka menjadi "Buddhis penancap dupa" dan bila seseorang menanyakan sesuatu tentang Buddhisme, mereka kesulitan menjawabnya. Hal itu adalah situasi yang menyedihkan.

Setelah mendengarkan ceramah, seseorang seharusnya mempraktikkan ajaran semaksimal mungkin. Melafalkan sutra atau bermeditasi setiap hari adalah luar biasa. Terkadang para siswa berkata, "Hari-hariku disibukkan oleh pekerjaan, keluarga dan kewajiban sosial. Tidak ada waktu tersisa untuk mempraktikkan Dharma." Ini alasan yang lemah, diciptakan oleh batin yang malas. Selalu ada waktu untuk makan: kita tidak pernah melewatkan makanan ke tubuh dan selalu memiliki waktu untuk itu, begitu juga seharusnya kita memberi makan batin kita. Lagipula, batin kita yang berlanjut pada kehidupan mendatang, membawa serta jejak karma perbuatan kita, bukan tubuh kita. Praktik Dharma tidak dilakukan untuk manfaat Sang Buddha, tapi untuk kita sendiri. Dharma menggambarkan bagaimana menciptakan sebab dari kebahagiaan, oleh karena kita semua menginginkan kebahagiaan, kita semua seharusnya mempraktikkan Dharma semaksimal mungkin.

Juga, sangat menguntungkan dan bermanfaat bagi umat awam untuk mengambil janji Pancasila Buddhis selama hidup mereka atau mengambil Athasila (delapan sila) pada hari-hari khusus, seperti bulan baru dan bulan penuh (tanggal 1 dan 15 kalender lunar). Dengan cara ini, banyak potensi positif dibuat.

Tanggung jawab keberadaan dan penyebaran ajaran Sang Buddha terletak pada baik bhikkhu dan bhikkhuni maupun umat Buddhis. Bila kita melihat berharganya ajaran Sang Buddha dan menginginkannya terus ada dan tumbuh subur, maka kita memiliki tanggung jawab untuk mempelajarinya dan mempraktikkannya menurut kemampuan kita. Ada banyak contoh umat biasa yang mencapai realisasi spiritual, memberi inspirasi pada kita untuk mempelajari hidup mereka dan berusaha menyamai bahkan melebihi mereka.

Apakah orang yang menjadi bhikkhu dan bhikkhuni melarikan diri dari kenyataan hidup yang keras?

Bila seseorang menjadi seorang bhikkhu atau bhikkhuni karena alasan ini, motivasinya tidak murni, dan orang seperti ini tidak menemukan kepuasan hidup dalam kebhikkhuan. Penyebab penderitaan adalah kemelekatan, ketidaktahuan, dan kebencian. Sikap ini mengikuti kita kemana saja. Sikap ini tidak butuh paspor untuk pergi dengan kita ke negara lain, tidak pula mereka berada di luar pagar vihara. Selama kita memiliki kemelekatan, ketidaktahuan dan kebencian, kita tidak bisa lolos dari masalah, apakah kita bhikkhu/bhikkhuni atau umat awam.

Orang yang menanyakan pertanyaan ini mengira bahwa memiliki pekerjaan, harta, keluarga untuk dijaga adalah tugas berat dan inilah "kenyataan hidup yang keras." Kenyataan yang lebih keras adalah jujur pada diri kita sendiri dan melihat konsep kita salah dan perilaku buruk kita. Pekerjaan yang lebih berat adalah mengurangi kemarahan, kemelekatan, dan kepicikan kita. Seseorang membaca sutra atau duduk meditasi dengan tenang tidak dapat memperlihatkan gedung pencakar langit atau cek sebagai tanda keberhasilannya, tetapi tidak berarti orang itu malas dan tidak bertanggung jawab. Perlu usaha keras untuk mengubah kebiasaan buruk tubuh, ucapan, dan batin; bukan hal mudah menjadi seorang Buddha. Daripada "lari dari kenyataan," praktisi tulus mencoba mencari tahunya! Orang-orang yang mengejar kesenangan duniawi adalah orang yang coba lari dari kenyataan, sebab mereka menghindar akan kenyataan kematian dan fungsi dari sebab akibat. Secara Dharma, mereka malas karena mereka tidak berusaha keras mengatasi kemelekatan, kemarahan, dan kepicikan mereka.

Beberapa orang berpikir, "hanya orang yang tidak tahan ‘di dunia nyata’ menjadi bhikkhu dan bhikkhuni. Mungkin mereka punya masalah keluarga, atau mereka kurang bagus di sekolah atau mereka miskin dan tidak punya tempat tinggal. Mereka pergi untuk tinggal di vihara dan mengucapkan janji hanya untuk memiliki tempat tinggal dan pekerjaan." Berpikir demikian, beberapa orang memandang rendah para bhikkhu. Ini tidak benar. Seseorang menjadi bhikkhu atau bhikkhuni untuk alasan ini, ia tidak memiliki motivasi yang benar, dan guru yang menahbiskan mencoba mengusir mereka. Kebalikannya, mereka yang mengambil janji kebhikkhuan dengan motivasi yang benar memiliki cita-cita kuat untuk mengembangkan potensi mereka untuk mengatasi batin mereka dan menolong mahluk lain.

Apakah seseorang yang mengambil janji kebhikkhuan tidak sayang pada keluarga yang ia tinggalkan?

Tidak sama sekali. Kebalikannya, orang yang dengan tulus ingin menjadikan dunia tempat yang lebih baik melalui praktik agama adalah penuh welas asih. Mereka melihat bahwa dengan menciptakan sebab dari kelahiran kembali yang baik, dengan menyucikan dan mengembangkan batin mereka, mereka akan dapat menuntun mahluk lain menuju kebahagiaan terakhir melalui jalan Dharma. Mereka tahu apa yang memberi manfaat besar bagi orang tuanya dan pelayanan bagi masyarakat. Meskipun meraih realisasi tinggi mungkin tidak terjadi dalam kehidupan ini, mereka memiliki pandangan luas dan bekerja untuk kebahagian dan manfaat jangka panjang. Seorang anak yang penuh welas asih dan dedikasi berpikir, "Bila saya lanjutkan kehidupan duniawiku, saya hanya akan menciptakan penyebab kelahiran di alam lebih rendah bagi diriku sendiri dan menyebabkan yang lain melakukan hal yang sama. Bagaimana saya bisa menolong orang tuaku di kehidupan sekarang maupun akan datang? Dimana bila saya benar-benar terlibat mempraktikkan Dharma dengan tulus, kualitasku sendiri akan meningkat dan saya akan bisa menuntun dan membantu mereka lebih baik untuk jangka waktu lama."

Orang yang menjalani kebhikkhuan meninggalkan kehidupan keluarga tidak berarti mereka menolak keluarganya. Meski mereka ingin menyingkirkan emosi-emosi pengganggu yaitu kemelekatan terhadap keluarga mereka, mereka masih menghargai kebaikan orangtua mereka dan sangat perhatian pada mereka. Daripada membatasi perhatian pada segelintir manusia, orang yang menjalani kebhikkhuan mengembangkan cinta kasih tak terbatas bagi semua dan memperlakukan semua mahluk sebagai bagian dari keluarga mereka.

Bagaimana perasaan orangtua bila anaknya menjadi bhikkhu atau bhikkhuni?

Sangat bahagia. Itu tandanya mereka, sebagai orang tua, telah menanamkan moralitas dan perhatian pada orang lain bagi anak mereka. Kebalikannya, beberapa orang tua kesal bila anak mereka ingin menjadi bhikkhu atau bhikkhuni. Mereka takut anaknya tidak bahagia atau tidak memiliki jaminan keuangan. Beberapa orangtua marah, "Kami bayar banyak untuk pendidikanmu. Siapa yang akan menjaga kami kelak tua nanti bila kamu divihara? Betapa tidak sayangnya kamu!"

Sedih melihat orangtua bersikap seperti ini. Dari sisi mereka, mereka maksudnya baik: mereka ingin anak mereka bahagia. Tetapi kebahagian materi dan memiliki keluarga, karir dan kepemilikan lain bukanlah satu-satunya jalan menuju kebahagian. Nyatanya, hal itu membawa masalah baru: kita menciptakan perbuatan negatif untuk memperolehnya, kita khawatir tidak cukupan dan apa yang akan terjadi pada apa yang kita punyai. Inilah sebabnya Buddha Sakyamuni meninggalkan keluarganya dan kehidupan mewah di istana untuk mencari kebahagian tanpa akhir (selama-lamanya) dan sejati. Tentu saja, orangtuanya juga kesal! Tetapi orang tua yang benar-benar memperhatikan kebahagiaan anaknya akan senang jika si anak ingin mempraktikkan Dharma secara kuat, oleh karena praktik seperti itu akan menjamin anak itu akan bahagia di waktu kematian dan kehidupan masa akan datangnya. Dengan praktik, anak mereka akan menikmati kebahagian pembebasan dan pencerahan. Orang tua yang bijak akan peduli pada kebahagian anaknya, tidak saja di kehidupan sekarang melainkan di semua kehidupan mendatang.

Adalah bijaksana bagi orangtua sadar akan motivasinya sendiri. Ayahanda Sang Buddha ingin dapat berkata, "Putraku seorang raja. Ia sangat dihormati masyarakat seluruh negeri." Juga, orang tuanya terikat pada putranya dan tak ingin berpisah darinya. Hal itu adalah reaksi alamiah orangtua. Betapa ironisnya! Anak mereka menerima lebih banyak rasa hormat dari orang-orang dan terkenal bertahun-tahun oleh kebajikan praktik spritualnya. Ia tidak akan begitu termasyur dan sangat dihargai bila ia menjadi raja dulu!

Orang tua yang melihat kebenaran ajaran Buddha akan senang anak mereka menjalani kebhikkhuan. Praktik spritual anak itu akan bermanfaat bagi yang lain - termasuk orangtuanya - dalam jangka panjang, bahkan bila hasil yang nyata tidak tampak pada kehidupan ini. Mereka akan bahagia bahwa anaknya cerdas dan melihat kebenaran dalam Dharma; mereka akan bangga bahwa anaknya ingin hidup dalam kemurnian moralitas, dan mereka akan bahagia, saat mereka melihat anaknya kaya akan welas asih dan kebijakan. Orang tua seperti ini tidak merasa kehilangan anaknya. Malah, mereka gembira anaknya hidup dalam cara yang bermanfaat.

Apakah mengambil janji kebhikkhuan merupakan pengorbanan yang menyengsarakan?

Tidak seharusnya demikian. Kita tidak seharusnya merasa, "saya ingin sekali dapat melakukan hal-hal ini, tapi sekarang saya tidak bisa." Membebaskan perbuatan negatif tidak dilihat sebagai beban, tapi sebagai kesenangan. Sikap seperti ini datang dari perenungan sebab dan akibat.

Ketika kita berjanji, apakah itu Pancasilanya umat awam atau janji seorang bhikkhu atau bhikkhuni, kita pertama-tama membangkitkan sikap ini, "Saya tidak ingin melakukan perbuatan ini kapan pun. Dalam hatiku, saya tidak ingin membunuh, mencuri, berbohong dan lainnya." Kadang-kadang kita lemah dalam situasi sebenarnya dan tergoda untuk melakukan hal ini, tetapi mengambil janji pancasila memberikan kita kekuatan dan kebulatan tekad tambahan untuk tidak melakukan apa yang tidak ingin kita lakukan. Contohnya, kita dengan tulus ingin menghindari pembunuhan. Tetapi ketika kecoak ada di apartemen kita, kita mungkin tergoda untuk menggunakan insektisida. Telah mengambil janji untuk tidak membunuh, kita ingat bahwa kita tidak ingin membunuh. Kita lebih berhati-hati akan perbuatan kita dan memiliki kekuatan dan kebulatan tekad yang lebih untuk melawan dan menghindarkan emosi-emosi pengganggu yang dapat menyebabkan kita melakukan perbuatan negatif. Dalam cara ini, Pancasila adalah membebaskan, bukannya membatasi diri kita dari kebiasaan untuk mengikuti emosi-emosi pengganggu dan melakukan perbuatan merusak.

Kadang-kadang kita menjumpai Bhikkhu dan umat awam yang kurang baik dan sulit bergaul walau mereka praktik agama. Mengapa?

Butuh waktu untuk mengubah batin. Menghilangkan kemarahan kita bukanlah proses mudah. Kita dapat mengerti hal itu dari pengalaman kita sendiri, ketika kita terbiasa marah, butuh lebih dari sekedar berkata, "Saya tidak seharusnya melakukan ini" bagi kita untuk berhenti. Ia butuh praktik konsisten dan benar. Kita harus sabar dengan diri sendiri, dan sama halnya, kita harus sabar dengan yang lain. Kita semua berada pada jalan; kita semua melawan musuh dari dalam yaitu emosi-emosi pengganggu dan jejak karma masa lalu. Terkadang kita kuat melawannya, di saat lain kita terbawa oleh perasaan marah, cemburu, kemelekatan, atau kesombongan. Kadang-kadang kita melihat kepicikan kita; saat lain kita buta olehnya. Menghakimi dan menyalahkan diri kita sendiri ketika kita mengalah pada emosi-emosi pengganggu tidaklah baik. Seperti halnya, menyalahkan dan mengkritik orang lain ketika mereka begitu hanya sia-sia. Mengetahui betapa sulitnya transformasi internal diri kita, kita seharusnya juga sabar dengan yang lain.

Praktisi yang tidak sempurna bukan berarti metode yang Sang Buddha ajarkan tidak sempurna. Itu artinya mereka tidak praktik dengan baik atau praktik mereka belum cukup kuat. Teramat sangat penting dalam lingkup agama bahwa orang mencoba bersikap harmonis dan menerima kelemahan masing-masing. Tugas kita tidak menunjuk dan berkata, "Mengapa kamu tidak praktik lebih baik? Mengapa kamu tidak mengontrol emosimu?" Tugas kita adalah berpikir, "Mengapa saya tidak praktik lebih baik sehingga perbuatan mereka tidak membuat saya marah?" dan "Apa yang dapat saya lakukan untuk membantu mereka?"

 

MEDITASI

Apa itu meditasi?

Kata bahasa Tibet untuk meditasi adalah "gom." Ini memiliki kata dasar yang sama dengan kata-kata yang artinya membiasakan. Meditasi adalah membiasakan diri kita dengan sikap positif, konstruktif, dan realistik. Meditasi membangun kebiasaan baik dari batin. Meditasi bukan duduk dalam posisi vajra penuh, dengan punggung tegak seperti panah, dan ekspresi suci di wajah kita. Meditasi dilakukan dengan batin. Bahkan bila tubuh berada pada posisi sempurna, bila batin berkeliaran dan berpikir tentang objek kemelekatan, itu bukanlah meditasi. Dengan meditasi, kita mentransformasikan pikiran dan pandangan kita sehingga batin kita lebih welas asih dan mendekati kenyataan.

Dapatkah meditasi menjadi berbahaya? Beberapa orang mengatakan kamu dapat gila karenanya. Benarkah itu?

Bila kita belajar bagaimana bermeditasi dari seorang guru berpengalaman yang memberikan instruksi dalam metode yang dapat dipercaya, dan bila kita mengikuti instruksi ini dengan benar, maka tidak ada bahaya sama sekali. Meditasi sederhananya adalah membangun kebiasaan baik dari batin. Ini kita lakukan secara bertahap; tidaklah bijaksana mencoba praktik lebih tinggi tanpa intruksi yang tepat, ketika kita masih pemula. Namun, bila kita praktik dalam jalan yang terpercaya secara bertahap, kita juga dapat menjadi Buddha!

Untuk bermeditasi, kita pertama-tama harus menerima intruksi meditasi dari guru yang dapat diandalkan. Beberapa orang berpikir mereka dapat menemukan jalannya sendiri untuk bermeditasi dan bahwa mereka tidak butuh belajar dari guru yang berpengetahuan. Ini sangat tidak bijaksana. Keuntungan bagi kita untuk mendengar ajaran yang diberikan oleh sumber terpercaya seperti Sang Buddha. Ajaran ini telah diuji oleh para cendikiawan dan dipraktikkan oleh ahli meditasi yang telah mencapai hasil. Dalam cara ini, kita dapat menentukan silsilah dari ajaran dan praktik meditasi adalah sah dan berharga untuk dipraktikkan. Belakangan ini banyak orang mengajarkan meditasi dan jalan spritual, tetapi kita seharusnya memeriksanya dengan seksama dan tidak sekedar melompat dengan riang ke sana. Bila praktik meditasi diajarkan oleh Sang Buddha dan menurun dalam silsilah murni, kita dapat mempercayainya. Praktik seperti ini tidak dibuat atas tingkah seseorang.

Bagaimana kita belajar meditasi? Apa saja jenis-jenis meditasi?

Pertama, kita mendengar ajaran dan kemudian memperdalam pemahaman kita dengan memeriksa dan merenungkannya. Kemudian, kita kombinasikan apa yang telah kita pelajari dengan arus batin kita melalui meditasi. Contohnya, kita mendengar ceramah tentang bagaimana membangun cinta tiada batas bagi semua mahluk. Lalu, kita memeriksa dan menyelidiki bila memungkinkan. Kita lalu mengerti tiap langkah dalam praktik. Kemudian, kita membangun kebiasaan baik batin dengan mengintegrasikannya dengan kita sendiri: kita mencoba mengalami langkah-langkah menuju cinta tanpa batas. Itulah meditasi.

Secara umum ada dua jenis meditasi: meditasi yang dirancang untuk mengembangkan konsentrasi, dan meditasi yang mengembangkan kemampuan analisis dan kebijaksanaan. Sang Buddha mengajarkan beragam teknik meditasi dan silsilahnya masih ada hingga hari ini. Meditasi sederhana memperhatikan nafas dapat dilakukan untuk menenangkan batin dan membebaskannya dari obrolan biasa. Ini membantu kita lebih tenang dalam kehidupan sehari-hari dan tidak khawatir berlebihan. Meditasi lain membantu kita mengendalikan amarah, kemelekatan dan keirihatian dengan mengembangkan sikap positif dan realistik pada orang lain. Ada meditasi penyucian untuk membersihkan jejak perbuatan negatif dan menghentikan perasaan bersalah yang menghantui. Dalam beberapa meditasi, kita melihat melalui fantasi tentang siapa kita dan membangun percaya diri yang realistik dan potret diri yang positif. Ini hanyalah sedikit jenis meditasi.

Apa manfaat dari meditasi?

Dengan membangun kebiasaan baik dari batin dalam meditasi, perilaku kehidupan sehari-hari kita secara bertahap berubah. Amarah kita teratasi, kita jadi lebih baik dalam membuat keputusan dan sedikit ketidakpuasan dan kegelisahan. Hasil dari meditasi dapat dialami sekarang. Tetapi, kita seharusnya selalu mencoba memiliki motivasi yang lebih luas dan terarah untuk bermeditasi daripada hanya kebahagian kita sekarang. Bila kita membangkitkan motivasi untuk bermeditasi guna menyiapkan kehidupan akan datang, atau mencapai pembebasan dari roda samsara, atau mencapai pencerahan yang bermanfaat bagi semua mahluk, maka secara alamiah batin kita juga akan damai. Sebagai tambahan, kita akan dapat meraih tujuan tinggi dan mulia ini.

Sangat bermanfaat memiliki praktik meditasi teratur, bahkan untuk waktu pendek tiap hari. Jangan berpikir, "Saya kan orang kerja. Saya tidak bisa meditasi. Hal itu pekerjaan bhikkhu dan bhikkhuni." Tidak demikian! Bila meditasi membantu kita, kita seharusnya meluangkan waktu untuk meditasi setiap hari. Bahkan bila kita tidak ingin bermeditasi, adalah penting untuk menyediakan sedikit "waktu tenang" bagi kita tiap hari: waktu dimana kita duduk dan membayangkan apa yang kita lakukan dan mengapa, waktu dimana kita membaca buku Dharma atau membaca sutra. Amat sangat penting kita belajar menyukai diri sendiri dan bahagia dalam kesendirian. Mengalokasikan waktu tenang, lebih diutamakan pada pagi hari sebelum kegiatan hari itu berlangsung, adalah perlu, khususnya dalam masyarakat modern dimana orang-orang sangat sibuk. Kita selalu memiliki waktu untuk memberi makan tubuh kita; kita tidak pernah melewatkan makanan karena kita memandangnya penting. Seperti halnya, kita seharusnya menyediakan waktu untuk memberi makan batin kita dan "rohani" kita juga, karena hal itu juga penting.

Apakah seseorang bisa mendapatkan kekuatan gaib melalui praktik Buddhisme? Apakah itu tujuan yang berharga untuk dicapai?

Ya, bisa, tetapi hal itu bukanlah tujuan utama praktik. Beberapa orang sangat senang akan prospek memiliki kekuatan gaib. "Tunggu sampai saya ceritakan pada temanku tentang ini! Tiap orang akan berpikir saya ini spesial dan akan mendatangiku untuk meminta nasehat. Saya akan ternama dan terhormat." Sebuah motivasi egois untuk menjadi seseorang yang gaib! Bila kita masih marah dan tidak dapat mengendalikan apa yang kita katakan, pikirkan dan lakukan, apa gunanya mengejar hal-hal gaib? Hal itu bahkan dapat menjadi gangguan bagi praktik kita karena kita terpasung oleh kesenangan dan ketenaran. Jauh lebih bermanfaat sekarang dan kebahagiaan kehidupan yang akan datang untuk berkonsentrasi menjadi orang baik yang memiliki sikap mementingkan orang lain.

Suatu ketika seorang anak menanyakan apakah saya punya kekuatan gaib. Dapatkah saya membengkokkan sendok melalui konsentrasi? Dapatkah saya menghentikan jam atau berjalan pada dinding? Saya katakan padanya saya tidak bisa, dan bahkan bila saya bisa, apa gunanya? Apakah itu mengurangi penderitaan di dunia ini? Orang yang sendoknya saya bengkokkan akan lebih menderita! Inti dari keberadaan manusia bukanlah membangun ego kita tetapi mengembangkan hati yang baik dan rasa tanggung jawab universal untuk perdamaian dunia. Kebaikan-cinta adalah keajaiban sesungguhnya.

Bila seseorang memiliki hati yang baik, maka mengembangkan hal-hal gaib dapat bermanfaat bagi yang lain. Praktisi tingkat tinggi tidak kemana-mana mengiklankan kekuatan gaib mereka. Nyatanya, kebanyakan dari mereka menolaknya dan menjadi sangat sederhana. Sang Buddha melarang penunjukkan pada umum kekuatan gaib dan hanya bisa dilakukan untuk memberi manfaat bagi yang lain. Orang yang sederhana sesungguhnya lebih mengesankan daripada orang sombong: ketenteraman mereka dan rasa hormat pada yang lain bersinar. Seseorang yang mengalahkan kesombongan, yang memiliki sikap baik dan cinta pada yang lain, dan yang mengembangkan kebijaksanaannya adalah seseorang yang dapat kita percayai. Orang seperti ini bekerja demi manfaat yang lain, bukan untuk gengsi dan kekayaan. Kita dapat bersandar pada orang seperti ini.

 

LANGKAH-LANGKAH SEPANJANG JALAN

Siapa itu arhat (arahat)? Apa itu nirvana (nibbana)?

Seorang arahat adalah orang yang telah menghilangkan ketidaktahuan dan emosi-emosi pengganggu (amarah, kemelekatan, keirihatian, kesombongan, dll) dari batinnya untuk selama-lamanya. Sebagai tambahan, ia telah menyucikan semua karma yang dapat menyebabkan kelahiran kembali pada roda samsara. Orang ini tinggal di alam kedamaian, di luar semua kegelapan dan penderitaan, yang dinamakan nirvana atau pembebasan.

Apa itu bodhi atau pencerahan?

Sebagai tambahan dari menghilangkan ketidaktahuan, emosi-emosi pengganggu, dan karma dari batin, seorang Buddha juga telah menghilangkan noda dari kekotoran ini. Jadi, seorang Buddha telah menyucikan semua kekotoran dan mengembangkan semua kualitasnya. Akibat yang dihasilkan disebut pencerahan

Apa itu bodhisattva, mahluk yang berdedikasi?

Seorang bodhisattva adalah mahluk yang secara spontan dan terus menerus memiliki harapan mencapai pencerahan bagi manfaat semua mahluk. Dengan mempraktikkan sang jalan, orang ini akan meraih tingkat kebuddhaan.

Ada tingkatan berbeda dari bodhisattva, menurut tingkatan realisasinya. Beberapa masih belum bebas dari roda samsara, sementara yang lain telah bebas. Yang terakhir ini dapat secara sukarela terlahir di dunia ini, dengan kekuatan welas asih, guna membantu yang lain. Para Buddha dapat melakukan hal ini juga.

Apa itu seorang arya, mahluk superior atau mulia?

Ini adalah seorang yang memiliki realisasi langsung akan kekosongan. Realisasi ini terjadi sebelum seseorang menjadi arahat atau Buddha, dan oleh karena kebijaksanaan merealisasi kekosongan ini seseorang menghilangkan ketidaktahuan, emosi-emosi pengganggu, karma, dan noda-nodanya, maka tercapailah pembebasan dan pencerahan.

 

KETANPAAKUAN

Apakah "ketanpaakuan" dan "kekosongan" artinya sama?

Secara umum, iya.

Apa manfaat dari merealisasi ketanpaakuan atau kekosongan?

Kita kemudian dapat membersihkan batin kita dari semua kekotoran dan kegelapan. Saat ini, batin kita dikaburkan oleh ketidaktahuan: cara kita memahami dan "memegang erat" diri kita sendiri dan fenomena lain sebagai sesuatu yang ada bukanlah cara bahwa mereka benar-benar ada. Ini serupa dengan orang yang selalu memakai kaca mata hitam sepanjang waktu. Semua yang ia lihat gelap dan berpikir bahwa demikianlah sebenarnya. Nyatanya, bila ia melepaskan kaca mata hitam itu, ia akan menemukan kenyataan yang berbeda.

Analogi lain dari ketidaktahuan kita adalah seseorang yang menonton film dan berpikir orang di layar adalah nyata. Ia menjadi sangat emosional dan terlibat dalam nasib karakter itu, dan terikat pada sang pahlawan, ia memusuhi karakter yang mengganggu pahlawan itu. Orang itu mungkin menangis, ngeri, atau melompat dari tempat duduknya ketika sang pahlawan dilukai. Nyatanya, hal itu tidak perlu sama sekali, karena tidak ada orang yang nyata dalam layar. Itu hanyalah proyeksi yang tergantung dari penyebab dan kondisi seperti film, proyektor film, dan layar. Realisasi kekosongan adalah analogi dengan pemahaman bahwa film tidak ada orang yang nyata. Namun penampilan karakter itu memang ada, tergantung pada film, layar, dan seterusnya. Jadi, orang itu masih dapat menikmati film, tapi tidak secara emosional naik dan turun saat sang pahlawan mengalami macam-macam peristiwa.

Dengan membangkitkan kebijaksanaan yang secara langsung merealisasi kekosongan, kita memahami cara kita dan fenomena lain ada: mereka tidak ada dari khayalan proyeksi kita pada mereka – khususnya proyeksi keberadaan yang berdiri sendiri. Memiliki kebijaksanaan merealisasi kenyataan, kita terbebas dari ketidaktahuan yang salah mengerti kenyataan. Membiasakan batin kita dengan kekosongan, kita secara bertahap menghilangkan semua ketidaktahuan, amarah, kemelekatan, kesombongan, keirihatian, dan sikap buruk lain dari batin kita. Dengan melakukannya, kita berhenti menciptakan perbuatan buruk yang dimotivasi oleh sikap-sikap tersebut. Bebas dari pengaruh ketidaktahuan, emosi-emosi pengganggu, dan perbuatan yang dimotivasi oleh ini semua, kita terbebaskan dari penyebab masalah kita, dan maka masalah juga berhenti. Dengan kata lain, kebijaksanaan merealisasi kekosongan adalah jalan benar menuju kebahagiaan.

Apa artinya berkata, "Semua orang dan fenomena adalah tidak ada keberadaan yang sejati atau yang berdiri sendiri?"

Itu artinya bahwa orang (seperti kamu dan saya) dan semua fenomena lain (meja, dll) adalah kosong dari proyeksi khayalan kita pada mereka. Salah satu prinsip kualitas "penipu" yang kita memproyeksikan orang-orang dan fenomena adalah bahwa keberadaan mereka berdiri sendiri, yaitu, mereka ada tidak tergantung pada sebab dan kondisi, bagian, dan kesadaran yang memahami mereka dan memberi nama pada mereka. Jadi, dalam pandangan biasa, barang-barang nampak memiliki sifat benar atau berdiri sendiri, seolah-olah mereka senyatanya di sana, sehingga kita dapat menemukan hal nyata ini, benar-benar tidak bergantung (pada yang lain) bila kita mencarinya. Mereka nampak berada di sana, tidak bergantung pada sebab dan kondisi yang membuat mereka, tidak terikat pada bagian dari apapun mereka dibuat, tidak bergantung dari batin yang memahami dan memberikan mereka sebuah nama. Ini penampakkan dari keberadaan yang sejati atau keberadaan yang berdiri sendiri dan batin kita "memegang erat" seperti sesuatu yang nyata.

Bagaimanapun, ketika kita mengujinya secara analitis bila barang muncul dalam cara tidak bergantung (pada yang lain) yang secara dangkal muncul, kita menemukan bahwa mereka tidaklah demikian. Mereka kosong dari proyeksi khayalan kita pada mereka. Mereka masih ada, tetapi mereka ada secara bergantung (pada yang lain), karena mereka tergantung pada sebab dan kondisi, pada bagian, dan pada batin yang memahami dan memberi mereka nama.

Bila semua orang dan fenomena adalah kosong, apakah itu berarti tak ada yang muncul?

Tidak, fenomena dan orang tetap muncul. Kan, saya masih mengetik di sini dan anda masih membaca! Kekosongan bukan berarti kenihilan. Malah, orang dan fenomena kosong dari proyeksi khayalan kita atas mereka. Mereka tidak punya konsep salah kita pada mereka. Mereka tidak muncul dalam cara mereka muncul di hadapan kita saat ini, tetapi mereka muncul.

Apa cara terbaik merealisasi kekosongan dari keberadaan yang berdiri sendiri?

Karena realisasi ini sulit diperoleh dan merupakan tahapan menengah dari jalan, kita mengembangkan pemahaman kita secara perlahan. Jalan menuju pembebasan dan pencerahan adalah bertahap, dan kita mempraktikkannya langkah demi langkah. Pertama kita melatih aspek dasar dari jalan, seperti ketidakekalan, perlindungan, cinta kasih dan welas asih, dan seterusnya. Kemudian kita mendengar ajaran tentang kekosongan dari guru yang berpengetahuan dan dapat diandalkan. Merenungi dan mendiskusikan ajaran ini, pemahaman kita menjadi lebih jelas. Saat kita melihat ide jelas dari sebuah subjek, kita kemudian mulai mengintegrasikannya ke batin kita melalui meditasi.

 

VAJRAYANA

Apa itu Vajrayana?

Vajrayana, yang juga disebut Tantrayana, adalah sub-bagian dari Mahayana. Vajrayana didasarkan pada baik itu praktik Theravada maupun Mahayana secara umum. Sebelum memasuki Vajrayana, kita harus benar-benar terlatih dalam pikiran yaitu pembebasan yang muncul dari roda samsara (penolakan terhadap samsara), hati yang didedikasikan untuk mencapai pencerahan demi kebaikan semua mahluk (bodhicitta), dan kemudian kebijaksanaan merealisasi kekosongan dari keberadaan yang berdiri sendiri. Kemudian kita mengambil inisiasi dari guru tantra yang berkualitas dan melindungi sumpah dan komitmen tantra yang diterima waktu inisiasi. Atas dasar ini, kita dapat menerima intruksi dan menjalankan praktik meditasi di dalam vajrayana.

Sebuah teknik yang digunakan dalam vajrayana adalah memvisualisasikan diri kita sebagai "deiti" dan lingkungan kita sebagai mandala atau lingkungan/tempat tinggal deiti. Dengan menvisualisasi cara ini, kita mentransformasikan sosok diri kita yang lemah dan biasa menjadi deiti dan mencoba menumbuhkan kualitas mulia dalam arus batin kita. Vajrayana juga berisi teknik untuk mentransformasi kematian, alam antara (alam bardo), dan kelahiran kembali menjadi tubuh dan batin seorang Buddha. Ada juga teknik meditasi khusus untuk mengembangkan ketenangan batin (samatha) juga membuat manifestasi dari batin yang sangat halus, yang merealisasi kekosongan, menjadi sangat kuat dan secara cepat untuk membersihkan noda-noda. Untuk alasan inilah Vajrayana dapat membawa pencerahan dalam kehidupan sekarang bagi murid yang berkualitas dan terlatih yang mempraktikkannya di bawah bimbingan guru tantra yang berkualitas.

Tantra Buddhis tidak sama dengan Tantra Hindu. Bukan pula ia sebuah praktik ilmu gaib. Beberapa orang telah menulis buku tentang Vajrayana dengan informasi dan interpretasi yang tidak tepat. Karena itu, bila kita berkeinginan mempelajarinya, adalah penting untuk membaca buku oleh pengarang yang berpengetahuan atau mencari petunjuk dari guru yang berkualitas.

Apa itu inisiasi? Mengapa ada beberapa ajaran yang "rahasia"?

Tujuan dari inisiasi adalah mematangkan arus batin kita untuk praktik tantra dengan membuat hubungan antar kita dan deiti, yang merupakan manifestasi batin maha tahu. Inisiasi tidak diterima oleh tubuh kita di dalam ruangan di mana inisiasi berlangsung. Lebih dari itu, kita harus meditasi dan melakukan visualisasi yang dipaparkan oleh seorang guru. Inisiasi bukan diletakkannya sebuah vas di atas kepala kita, ataupun meminum air yang telah diberkahi, atau mengikatkan benang melingkari lengan kita. Inisiasi mematangkan potensi kita sendiri, melalui membuat hubungan dengan manifestasi tertentu dari Sang Buddha. Ini tergantung dari motivasi bajik kita dan pada konsentrasi dan meditasi selama proses inisiasi.

Setelah inisiasi, seorang praktisi yang tulus mencari petunjuk bagaimana melakukan praktik. Petunjuk ini tidak diberikan sebelum inisiasi karena batin umat belum siap untuk mempraktikkannya. Untuk alasan inilah hal itu "rahasia". Bukannya Sang Buddha pelit dan tidak ingin membagi ajarannya, ataupun praktik tantra seperti keanggotaan klub eksklusif yang menjaga rahasianya dengan iri hati. Lebih dari itu, untuk meyakinkan bahwa mereka yang terjun dalam praktik disiapkan dengan tepat. Petunjuk tantra diberikan hanya kepada mereka yang menerima inisiasi. Bila tidak, seorang dapat salah mengerti simbolisme yang ada di tantra atau terjun pada praktik lanjutan dan kompleks tanpa persiapan dan petunjuk yang tepat.

Apa arti simbol dalam seni tantra?

Vajrayana berhubungan dengan banyak transformasi, dan karenanya, simbolisme digunakan secara luas. Ada perwujudan dari beberapa deiti, yang merupakan masifestasi dari Sang Buddha, yang mengungkapkan nafsu keinginan atau kemurkaan. Simbol seksual jangan diartikan secara harfiah, menurut penampilan duniawi. Dalam Vajrayana, deiti dalam penyatuan seksual mewakili penyatuan metode dan kebijaksanaan, dua aspek dari jalan yang perlu dikembangkan guna mencapai pencerahan. Deiti yang murka bukanlah monster yang mengancam kita. Kemurkaan mereka diarahkan pada ketidaktahuan dan keakuan, yang merupakan musuh kita yang nyata. Simbol ini, ketika dipahami dengan tepat, memperlihatkan bagaimana keinginan dan amarah dapat ditransformasi dan diatasi. Itu memiliki pengertian mendalam, jauh melewati nafsu dan amarah biasa. Kita tidak seharusnya salah menginterpretasikannya.

Apa tujuan melafalkan mantra seperti "om mani padme hung"? Apa makna mantra tersebut?

Mantra ditentukan secara suku kata untuk melindungi batin. Apa yang kita lindungi batin kita adalah dari kemelekatan, amarah, ketidaktahuan, dan sebagainya. Ketika dikombinasikan dengan empat kekuatan penawar seperti yang dijelaskan di awal, pelafalan mantra sangat kuat untuk menyucikan jejak karma negatif pada arus batin kita. Ketika kita melafalkan mantra, kita seharusnya juga memikirkan dan memvisualisasikan dalam cara yang bermanfaat sehingga kita membangun kebiasaan konstruktif dari batin.

Dalam praktik Vajrayana, mantra dilafalkan dalam bahasa Sansekerta, ketimbang diterjemahkan ke bahasa lain. Alasan untuk ini adalah ada energi bermanfaat yang khusus atau getaran yang dihasilkan dari bunyi suku kata. Saat melakukan pelafalan, kita dapat berkonsentrasi pada suara mantra, pada artinya, atau pada visualisasi yang menyertainya yang telah diajarkan oleh guru.

"Om mani padme hung" adalah mantra Buddha welas asih, Avalokiteshvara (Kuan Yin, Chenresig). Kita dapat melafalkan mantra ini meski kita belum menerima transmisi lisan dari seorang guru, tetapi lebih efektif bila guru yang pertama melafalkan mantra dan kita mengulanginya setelah ia bacakan.

Arti keseluruhan dari jalan bertahap menuju pencerahan terkandung pada enam suku kata mantra ini. "Om" merujuk pada tubuh, ucapan, dan batin Sang Buddha, yang ingin kita capai melalui praktik kita. "Mani" berarti perhiasan, dan merujuk pada semua aspek metode dari sang jalan: motivasi untuk bebas dari roda samsara, welas asih, kedermawananan, moralitas, kesabaran, daya upaya yang bersemangat, dan seterusnya. "Padme" (dibaca pay may – dalam bahasa Inggris) berarti teratai, dan merujuk pada aspek kebijaksanaan sang jalan. Dengan menyatukan baik itu metode maupun kebijaksanaan dalam praktik gabungan, kita dapat menyucikan arus batin kita dari semua kekotoran dan mengembangkan semua potensi kita. "Hung" (kadang-kadang ditulis "hum") merujuk pada batin semua Buddha.

Pelafalan "Om Mani Padme Hung" sangat efektif untuk menyucikan batin kita dan mengembangkan welas asih. Hal itu dapat dilafalkan dengan keras atau diam dan di waktu kapanpun. Contohnya, kita sedang menunggu di antrian, daripada jadi tidak sabaran dan marah, kita dapat dalam batin melafalkan mantra ini dan memikirkan batin welas asih.

 

PANCASILA BUDDHIS

- Sila Pertama -

Hormat pada Kehidupan:

Tidak Membunuh; Melindungi

Saya menjalankan aturan praktik ini untuk menghindari pembunuhan (sehingga saya akan mempraktikkan welas asih dengan melindungi dan memberi manfaat pada semua kehidupan).

Menyadari penderitaan disebabkan oleh penghancuran kehidupan, saya menjalankan sila menumbuhkan welas asih dan melindungi manusia, hewan, dan kehidupan tumbuh-tumbuhan (melindungi alam). Saya bertekad untuk tidak membunuh atau melukai, tidak membiarkan orang lain melakukannya, dan tidak mendukung kegiatan apapun yang membahayakan fisik atau mental.

- Sila Kedua -

Hormat pada Harta Pribadi:

Tidak Mencuri; bersifat Dermawan

Saya menjalankan aturan praktik ini untuk menghindari mengambil barang yang tidak diberikan (sehingga saya akan mempraktikkan kedermawananan dengan membagi atau memberi kekayaan material dan spiritualku).

Menyadari penderitaan disebabkan oleh penghisapan, ketidakadilan, pencurian, dan penindasan, saya menjalankan sila menumbuhkan kebaikan cinta kasih untuk kebaikan orang-orang dan hewan. Saya akan mempraktikkan kejujuran dan kedermawananan dengan berbagi kekayaan, waktu, energi, empati, semangat, dan sumber lainnya, terutama kekayaan Dharma bagi yang membutuhkannya. Saya bertekad untuk tidak memiliki atau mencuri apapun (termasuk waktu – dengan terlambat atau tidak bertanggung jawab pada pekerjaan) yang seharusnya milik orang lain. Saya akan menghormati kekayaan orang lain dan umum dan mencegah orang lain mengambil keuntungan dari penderitaan mahluk hidup lain.

- Sila Ketiga -

Hormat pada Hubungan Pribadi:

Tidak menuruti Perasaan; Menjadi "Puas"

Saya menjalankan aturan praktik untuk menghindari penyalahgunaan objek dan subjek rasa kesenangan (khususnya perzinahan sehingga saya akan mempraktikkan kepuasan dan menyalurkan energiku menuju pengembangan spiritual).

Menyadari penderitaan disebabkan oleh penyalahgunaan seksual, saya menjalankan sila menumbuhkan tanggung jawab dan melindungi keselamatan dan keutuhan individu, pasangan, keluarga, dan masyarakat. Saya bertekad untuk tidak melakukan hubungan seksual tanpa cinta, tanggung jawab, dan komitmen jangka panjang. Untuk memelihara kebahagiaan orang lain dan diriku, saya akan menghormati komitmen orang lain. Saya akan lakukan semampu kekuatanku untuk melindungi anak-anak dari pelecehan seksual dan mencegah pasangan dan keluarga dirusak oleh penyalahgunaan seksual.

Menyadari penderitaan yang disebabkan oleh penurutan perasaan, saya juga akan menghindari penurutan perasaan akan melihat, mendengar, membaui, merasa, menyentuh, dan/atau batin dalam rasa kesenangan (missal pertunjukan, musik, makanan, seks, dll) dengan demikian saya dapat dikacaukan dari jalan menuju pengembangan diri.

- Sila keempat -

Hormat pada Kebenaran:

Tidak Berbohong; Bersikap Jujur

Saya menjalankan aturan praktik untuk menghindari ucapan salah (dan macam-macam ucapan lainnya sehingga saya akan berkomunikasi secara positif).

Menyadari penderitaan disebabkan oleh ucapan yang tidak terjaga dan ketidakmauan mendengar orang lain, saya menjalankan sila menumbuhkan ucapan penuh kasih dan mendengarkan dengan seksama untuk membawa kegembiraan dan kebahagiaan pada yang lain dan mengurangi penderitaan mereka. Saya akan bicara dengan jujur, dengan kata-kata mengilhami kepercayaan diri, kegembiraan, dan harapan. Saya bertekad untuk tidak menyebarkan isu, mengkritik, menyalahkan sesuatu yang saya tidak tahu pasti. Saya akan menahan diri dari mengutarakan kata-kata yang dapat menyebabkan perpecahan atau perselisihan dalam keluarga atau komunitas. Saya akan berusaha mendamaikan dan menyelesaikan konflik besar maupun kecil.

- Sila Kelima -

Hormat pada Kesehatan Mental dan Fisik:

Tidak Mengkonsumsi Minuman/Makanan Memabukkan; Penuh Kesadaran

Saya menjalankan aturan praktik untuk menghindari dari minuman alkohol, dan yang lainnya yang menyebabkan mabuk (sehingga saya akan lebih sehat dan tidak merusak sila melalui kehilangan kesadaran).

Menyadari penderitaan disebabkan oleh konsumsi yang tidak terjaga, saya menjalankan sila menumbuhkan kesehatan fisik dan mental yang baik, untuk diriku sendiri, keluarga, dan masyarakat dengan mempraktikkan makan, minum, mengkonsumsi yang terjaga. Saya akan mencerna hal-hal yang memelihara kedamaian, kesejahteraan, dan kegembiraan tubuh dan batin, dan kumpulan tubuh dan kesadaran akan keluargaku dan masyarakat. Saya bertekad untuk tidak menggunakan alkohol, obat-obatan, atau hal memabukkan lainnya, atau mencerna makanan atau hal yang mengandung elemen negatif, sehingga menanamkan kesadaran yang lebih besar, perhatian, dan kejernihan batin. Saya menyadari bahwa merusak tubuh atau batinku dengan racun-racun itu adalah merendahkan keluargaku dan masyarakat. Saya akan bekerja untuk mentransformasi kekerasan, ketakutan, amarah, dan kebingungan dalam diriku dan lingkungan dengan menyeimbangkan makanan fisik dan mental. Saya mengerti bahwa makanan yang tepat penting bagi positif diri dan transformasi masyarakat dan kemajuan dalam pengembangan mental.


Surabaya:
Sekretariat Yayasan Lumbini
Perkantoran Graha Asri
Jl. Ngagel 179 - 183 Blok K - 22
Telpon (031) 566-6122 | Fax (031) 566-2936
SURABAYA 60246
Trowulan:
Maha Vihara Mojopahit, Trowulan, Mojokerto
Telpon (0321) 495-533 | Fax (0321) 496-075
Email:
yayasan@mahavihara-mojopahit.or.id
vihara@mahavihara-mojopahit.or.id